17 Oktober 2013

Pelatnas PBSI Akan Ubah Sistem Pelatihan

Rexy Mainaky mengeluarkan kebijakan terkait PBSI. Tentunya beliau juga harus siap dengan konsekuensi apabila kebijakannya gagal berbuah manis.
Setelah membaca berita di salah satu koran online, saya tertarik dengan strategi yang akan dijalankan oleh Kabid Binpres PBSI Pak Rexy Mainaky; dimana rencana ini akan mulai tahun depan dalam upaya peningkatkan prestasi para pebulutangkis Indonesia. Mulai tahun depan, katanya pelatnas akan dibuat pengelompokan per kategori yakni menjadi tim elite, tim potensial, dan tim junior; dimana tim elite itu akan menjadi tumpuan "medali" di setiap kejuaraan bergengsi.

Saat ini, okelah karena masih ada Hendra/Ahsan dan Butet/Tantowi yang menjadi tumpuan di tim elite. Tapi 2-3 tahun depan disaat usia mereka semakin menua, kalau tidak ada yang sanggup menjadi seperti mereka, NASIB TIM ELITE nya gimana tuh? Di biarkan kosong atau gimana? Lalu stategi Pak Rexy soal seorang pemain tidak bisa naik kelas turnamen kalau belum pernah juara turnamen dibawahnya, hati-hati bisa jadi BUMERANG sendiri lho, ntar bisa-bisa tidak ada satu wakil pun Indonesia di turnamen sekelas Super Series dan Super Series Premier. Saat itu jangan marah-marah juga kalau tak bisa masuk sama sekali ke Kejuaraan Dunia BWF, karena mereka mengacu pada BWF World Ranking, kecuali beruntung aja kayak tunggal putra China, Lin Dan, yang dikasih wild card.

Jadi mohon dipikir kembali kebijakan tersebut, kalau berjalan mulus, ya okelah. Tapi kalau tidak, tentu harus ada plan B. Apalagi di tunggal dan ganda putri, kalau diterapkan SYARAT seperti yang diminta Pak Rexy, dimana harus juara dulu di turnamen-turnamen kecil baru bisa "naik kelas", wah bisa-bisa atletnya pada umuran 30an (jamuran) semua baru bisa masuk turnamen Super Series atau Super Series Premier. Saat itu mungkin rankingnya semua berada rata-rata di 100an dunia, karena turnamen kecil sekelas Grand Prix dan Grand Prix Gold tidak banyak menyumbang point untuk BWF Rank. Lalu aturan berapa lama seorang pemain di tim elite juga masih harus dikaji. Misalnya ditetapkan waktu 3 tahun. Nah kalau pemain itu nanti berkembang setelah 3 tahun (setelah di tendang keluar), apakah dia akan ditarik kembali ke tim elite lagi?

Saya amati, model kepemimpinan Pak Rexy ini memang bagus untuk merangsang atlet dan pelatih agar lebih berprestasi. Tapi kalau tidak jalan/berhasil dengan baik, bisa jadi bumerang bagi diri sendiri.Yang pasti harus adil juga, kalau 2 tahun timnas tanpa prestasi setelah strategi/kebijakan ini dilakukan, berarti ada yang salah dengan strategi anda, BUNG REXY! Dan saat itu anda juga tentu harus siap untuk di "soehartokan". Tahu kan apa yang harus dilakukan? hehehe.

Pelatnas bulutangkis Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) akan melakukan perubahan sistem pelatihan. Hal ini dilakukan untuk mendukung program regenerasi yang mulai akan menjadi fokus PBSI tahun depan.

Hal tersebut diungkapkan Kabid. Binpres PBSI Rexy Mainaky kepada wartawan di Pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta. Perubahan yang akan dilakukan tersebut, adalah dengan mengubah sistem pelatihan yang tadinya per sektor menjadi per kategori.

"Nantinya pengelompokan akan dilakukan per kategori yakni menjadi elite, potensial, dan junior. Jadi bukan lagi penanganannya per sektor dengan jumlah pemain sekitar 10-15 orang tiap nomornya," ujarnya.

Hal ini dilakukan agar lebih fokus memantau perkembangan prestasi pemainnya hingga jenjang mereka akan lebih jelas. Menurut dia, kategori elite nantinya yang bertugas untuk memenuhi target juara di turnamen besar. Lalu kategori potensial itu, adalah pemain yang dinilai memiliki prospek bagus untuk ke depannya, dan junior itu merupakan pemain muda hasil pemantauan Bidang pengembangan PBSI.

"Tim elite ini adalah mereka yang benar-benar bisa memenuhi targetan juara di turnamen, dan bukan sebatas hanya berisikan pemain-pemain senior di tiap sektornya. Jika mereka tidak bisa berprestasi, maka mau tidak mau mereka atau sang atlet ini harus siap keluar dari pelatnas, dan tempatnya akan digantikan atlet potensial," imbuh Rexy.

Saat ini, menurut Rexy, pemain yang benar-benar masuk dalam kategori elite saat ini hanyalah Ahsan (M. Ahsan)/Hendra (Setiawan) serta Owi (Tontowi Ahmad)/Liliyana (Natsir). Jika melihat dari prestasi saat ini, maka kemungkinan, menurut Rexy, bisa saja kategori elite ini hanya ada lima hingga enam pemain saja.

Perubahan sistem pelatihan ini bukan hanya berlaku untuk pemain saja, namun juga untuk pelatih. Nantinya, tidak ada lagi satu pelatih kepala dengan dibantu dua pelatih per sektor/nomor spesialisasi, namun lebih general tugasnya sebagai seorang pelatih.

"Para pelatih juga akan dibagi dalam ketiga kategori tersebut dan mereka akan mengawasi secara general, tidak terpaku hanya pada satu nomor seperti saat ini. Hingga nantinya pelatih juga mengerti bukan hanya nomor spesialisasinya dan bisa saling tukar pikiran terkait dengan perkembangan pemain," tuturnya. (Sumber : http://bit.ly/169Hhs7)
Saya sebelumnya juga pernah mengeluarkan pandangan tentang bagaimana cara menangani pemain sektor putri Indonesia yang terjangkit 'virus mentokwati' ini disini. Semoga saja cara ini bisa dilakukan.

Tidak ada komentar: