18 November 2009

Kualifikasi Piala Asia 2011 Indonesia vs Kuawait 1-1

Guoblok! Sampai sejauh ini saya egk melihat adanya perubahan fundamental gaya bermain timnas SENIOR. Mau bukti? Lihat saja. Bung BENDOL YANG SESUMBAR KATANYA BISA MENGALAHKAN KUWAIT DI STADION GBK HANYA ISAPAN JEMPOL BELAKA. Dibabak pertama saja, baru 10 menit, CARA MAIN TARKAM SUDAH KELIHATAN DENGAN 2 KARTU KUNING. Bah!!!

Dibabak pertama, kedua kesebelasan cukup panas dan seimbang. Sempat terjadi insiden kecil di menit ke 25 dan wasit sempat mengentikan pertandingan sejenak. Serangan silih berganti, meski akhirnya Indonesia lebih dulu menceploskan gol di menit ke 45 melalui kaki Budi Sudarsono. Dan di babak ke dua menit ke 46, kartu kuning kedua yang membuahkan kartu merah untuk MR ISMED SOFYAN MENJADI AWAL PETAKA. Pola permainan yang sudah disusun pelatih untuk dijalankan di babak kedua seperti tidak ada gunanya. Hasilnya, timnas main NGACO DAN AKHIRNYA KEBOBOLAN di menit 72 melalui Ahmad Ajab.

Dengan ini Indonesia memang masih bisa lolos ke Piala Asia 2011, dengan catatan MENANG DI 2 LAGA SISA, TERMASUK MENANG DI AUSTRALIA! Dan menurut HEMAT SAYA, ITU SEPERTI MISION IMPOSIBLE. Saat ini Kuwait dan Australia sama-sama memuncaki klasmen dengan nilai 7, disusun Oman nilai 4 dan kemudian Indonesia dengan nilai 3.

Tapi menurut kesimpulan saya secara keseluruhan, Itu terjadi karena BUNG BENDOL yang KATRO memasang formasi 3-4-3. Sebenarnya saya sedikit curiga, pola ini sebenarnya TIDAK JAUH BERBEDA DENGAN 5-2-3, dan KEMUDIAN BERUBAH MENJADI 5-4-1 APABILA TERTEKAN. Intinya, dia (Bendol) tidak mengubah kebiasaan buruknya yaitu HOBI BERTAHAN. Lihat 2 gelandang winger, Ismet Sofyan dan M. Ridwan (diganti Isnan Ali dibabak 1). Mereka itu tipe back winger dodol! Lebih cocok apabila bung Bendol memainkan 4-3-3, atau 4-4-2, yang intinya mempertahankan pola permainan gelandang.

Hasilnya, dengan pola ini, lawan kelihatan lebih berani menusuk ke daerah pertahanan Indnesia karena rapuh. Untung 2 x kena tiang gawang. Zzz… Saat menyerang pun, saya tidak melihat adanya 1 pola serangan yang dibangun baik dari kaki ke kaki. Yang saya lihat hanya serangan sporadis saja, dan sering memanfaatkan kecolongan pemain bertahan Kuwait juga. Hasilnya, Gol Budi “Cuma” memanfaatkan umpan thru pass dari Frirman Utina akibat pemain belakang Kuwait tidak disiplin.

Parahnya, pemain yang diturunkan semua, rata-rata berpostur TELETUBIES., ditambah BERMENTAL PREMAN DAN TARKAM. 5 KARTU KUNING + 1 KARTU MERAH JADI BUKTINYA! Kebiasaan bermain di Liga Indonesia membuat para pemain terus membawa cara bermain dengan tackling-tacling keras yang tidak perlu dalam merebut bola. Kalau di Indosia, wasit umumnya hanya “membiarkan” pemain seperti itu.

Hasilnya, MR ISMET SOFYAN menjadi biang kerok kekalahan. Saya rasa kita belum lupa kekalahan melawan Arab Saudi di Pengisihan Piala Asia 2007 lalu, dimana saat itu dimenit ke 80an, skor kita masih 1-1. Dan pelatih kepala saat itu, Ivan Kolev, juga TELEDOR MEMASUKKAN PEMAIN SIAL SEPERTI INI. Hasilnya, dia baru masuk 2 menit, sudah bikin tendangan bebas dengan tackling gugupnya, dan akhirnya malah membuahkan gol bagi tim Arab Saudi. Kali ini, pemain “Tarkam” ini malah berulah dengan mengacaukan SELURUH STRATEGI PELATIH YANG AKAN DITERAPKAN DI BABAK KE II HANCUR BERANTAKAN. Saya sangat prihatin jika pemain seperti ini terus dibiarkan bermain dalam timnas, bahkan klubnya sendiri.

Sepanjang babak ke dua, timnas Indonesia terus tertekan, dan bermain bertahan. Belasan terndangan dilancarkan oleh Kuwait. Payahnya, pelatih kepala Bendol malah memilih dengan bermain AMAN dengan menarik Bambang dan diganti dengan.pemain bertahan Moh.Latif (timnas U-23). Bah! Pola permainan malah menjadi 5-2-2, dengan sekaligus memasang 4 back posisi sentral. Sungguh lelucon sekali, seperti ketakutan. Padahal, dengan dijalankannya strategi ini, permainan akhirnya berbalik 180 derajat, dan kita seperti tinggal menuggu waktu saja untuk dibobol lawan.

Maka dari itu, MENURUT SAYA, untuk memperbaiki kualitas timnas yang ada, harus diambil langkah-langkah, yaitu:

1. BUNG BENDOL, SAYA HARAP MAU BERBESAR HATI UNTUK MENEPATI JANJINYA, YAITU MUNDUR DARI TIMNAS APABILA INDONESIA GAGAL LOLOS KE PIALA ASIA 2011!
2. Copot Nurdin Halid dari kepengurusan ketua PSSI. Ingat, loe sudah berapa tahun disana, dan apa prestasimu. Liga BLI lu gonta ganti semuamu statusnya bahkan sempat 2 x DITIADAKAN DEGRADASI. Lu xxxxxxx ya?
3. Matangkan pemain timnas junior U-19 sekarang ini. 2 tahun mendatang, pas mereka mununaikan tugas 4 tahun berlatih di Uruguay, Saya mengusulkan agar ke 25 pemain junior ini LANGSUNG DIANGKAT KE TIMNAS SENIOR.
4. Mengingat pemain timnas saat ini sudah mentok kemampuan dan moralnya, sudahi saja BLI. Kompetisi tidak akan menghasilkan bintang apa-apa. Kalaupun dilanjutkan, toh tidak mengapa, karena kita sudah punya pemain timnas sendiri. Nantinya saying aja bagi pemain lain, sudah capek main bagus, tapi egk kepanggil timnas.

Sekian saja usul saya kali ini. Dan mungkin usul dari saya akan sama juga seperti pendukung-pendung timnas Indonesia yang lain yang menginginkan perubahan timnas Indoensia agar menjadi lebih baik.

Kualifikasi Grup F Piala Asia U-19, Hong Kong vs Indonesia 1-4

Inilah pertandingan akhir, macthday ke 5 buat timnas U-19 Indonesia. Setelah kalah 0-1 melawan Singapura, kalah 0-7 melawan Australia, menang 6-0 melawan Taiwan, dan seri 0-0 melawan Jepang, kali ini timnas menang 4-1 atas Hongkong. Cukup telak, mengingat lawan yang dihadapi menang saat melawan Singapura.

Timnas Junior tidak butuh waktu lama untuk menjebol gawang Hongkong, yakni kurang dari satu menit babak pertama berjalan melalui sontekan Syamsir Alam.
Sempat dikejutkan gol balasan striker Lau Cheuk Hin lima menit kemudian memanfaatkan bola muntah dari tangkapan kiper Tri Windu yang tidak akurat, timnas U-19 kembali menambah keunggulan melalui tendangan bebas Syamsir Alam pada menit ke-37, dan skor 2-1 bertahan sampai turun minum.

Di babak kedua, Indonesia mencetak dua gol tambahan. Abdul Rahman Lestaluhu membawa Indonesia menjauh dengan skor 3-1 di menit ke-52, dan menjadi 4-1 di menit ke-88. Luar biasa! Pola permainan anak-anak semakin berkembang. Meski pada saat disamakan 1-1 oleh Hong Kong, tapi mental timnas tidak down, malahan bisa kembali menguasai jalannya pertandingan secara penuh.

Pertandingan ini memang sudah tidak berpengaruh bagi kedua tim. Peluang tim Merah-Putih untuk meraih dua tiket peringkat tiga terbaik tak mungkin terealisasi. Pasalnya, dari tujuh grup kualifikasi, sudah ada dua tim yang menempati posisi tiga besar dengan raihan poin lebih baik, yakni Tajikistan (Grup A, 9 poin) dan Vietnam (Grup E, 12 poin). Tapi, paling tidak, dengan kemenangan ini, mengantar Indonesia ke posisi 3 klasmen grup F, dengan nilai 7. Lumayanlah untuk tim yang baru pertama kali turun di kejuaran resmi timnas setelah berguru 2 tahun di Uruguay.

Dengan ini, babak kualifikasi U-19 Piala Asia sudah selesai secara keseluruhan. Semoga timnas junior ini, dapat dipertahankan, meski di partai-partai awal mengecewakan, tapi berhasil menutupnya dengan baik. Alhasil, timnas ini kembali digaungkan menjadi tumpuan Indonesia di masa-masa mendatang. Apalagi kondisi timnas senior sekarang banyak dikritik akibat tidak konsisten. Hehe, asal jangan sampai setelah merampungkan 4 tahun masa latihan di Uruguay, kumpulan anak-anak muda ini diserahkan ke bung BENDOL. Zzz…jadi kayak seonggok sampah lagi ntar. Ok! Akhir kata…

FORZA TIMNAS U-19!
KALIAN SUDAH MEMBERIKAN YANG TERBAIK BUAT INDONESIA DI AJANG KUALIFIKASI PIALA ASIA U-19 KALI INI!

15 November 2009

Kualifikasi Grup F Piala Asia U-19, Indonesia vs Australia 0-0

Luar biasa! Cuma itu yang dapat saya katakan kali ini. Melawan Australia, anak-anak U-19 Indonesia tampil mengesankan! Padahal, saya sempat pesimis jika timnas Indonesia ini bisa menahan seri Australia, yah, paling tidak menurut saya, akan kalah tipis 1 atau 2 gol. Sekali lagi benar-benar salut sama perjuangan timnas U-19 Indonesia kali ini.

Bermain didepan supporter sendiri, Indonesia langsung tampil menggebrak dimenit-menit awal. Serangan-serangan sporadis dan permainan Spartan ditunjukan anak-anak Indoensia ini. Hasilnya, Australia tidak bisa menekan terus, karena harus membagi konsentrasinya dilini pertahanan sendiri. Beberapa kali pergerakan duet striker Alan Martha dan Syamsir Alam membuat kiper Australia harus berjibaku dan jatuh bangun mengamankan gawangnya.

Karena sulitnya menembus kuartet back Australia, terpaksa tendangan-tendangan spekulasi dari jarak jauh pun dilancarkan. Bola-bola lambung dilancarkan, dengan harapan siapa tahu penjaga gawang Australia akan berbuat sekali kesalahan men-tip bola. Tapi apa daya, sampai peluit panjang dibunyikan, skor kaca mata tidak berubah. Australia sangat menguasai babak kedua. Menurutku, seri merupakan hasil yang maksimal, karena jika melihat peluang Australia, sedikitnya ada 3 yang bisa berbuah gol.

Pada pertandingan inipun, ada sesuatu yang spesial. Pemain Yericho Christantoko.diplot sebagai gelandang kiri. Padahal posisi idealnya winger back kiri. Dengar kabar, kalau ternyata ada beberapa tim Uruguay yang tertarik pada pemain ini. Katanya sih mirip dengan Roberto carlos. Wuih. Tapi, seperti itulah yang diungkapkan pelatih kepala, Cesar Payovich. Yah, moga-moga, sehabis berguru 4 tahun di Uruguay, ada beberapa anggota tim yang diminati tim luar negeri yah. Lumayan, dari pada ntar harus balik ke “liga tarkam” dalam negeri.

13 November 2009

Kualifikasi grup F Piala Asia U-19, Macth Day 3, Cina Taipei vs Indonesia 0-6

Akhirnya timnas U-19 Indonesia berhasil membalas kekalahan tragis 7-0 saat menghadapi timnas U-19 Jepang kemarin. Kali ini timnas kita benar-benar berbenah. Itu terlihat dari cara/pola main yang semakin berkembang dan lebih berani menusuk daerah pertahanan lawan.

Yah, meski sama-sama belum pernah meraih kemenangan dengan agregat kebobolan pun sama, 8-0, tapi mental anak-anak Garuda sudah bangkit kembali. Hasilnya, baru enam menit pertandingan berjalan Alan Martha melanjutkan penampilan impresifnya dengan sebuah gol yang cukup cantik, memanfaatkan umpan terukur dari tandemnya di lini depan Syamsir Alam.

Tidak berselang salam, dua gol tambahan berhasil disarangkan melalui Syamsir pada menit ke-19 dan Ferdiansyah tiga menit kemudian, yang membuat timnas U-19 menutup babak pertama dengan keunggulan sementara 3-0. Kali ini pelatih Cesar payovich sudah lebih tenang karena surplus 3 gol di babak pertama.

Dibabak kedua, timnas U-19 semakin menggila, dengan tidak menurunkan tempo serangan. Mungkin ada target tersendiri bagi pelatih Indonesia ini, yaitu menggulung dengan skor 7-0, seperti yang dulu kalah melawan Jepang. Untung kali ini duet striker timnas Indonesia, Syamsir dan Alan Martha bisa diturunkan bersama-sama,

Hasilnya, hanya tiga menit babak kedua dimulai, memanfaatkan umpan matang dari Alan Martha, Syamsir mampu mencetak gol keduanya di laga tersebut. Skor berubah 4-0. Tidak hanya itu, Alan Martha melalui aksi individu pada menit ke-57 kembali memaksa kiper Taiwan memungut bola dari gawangnya yang membuat kedudukan pun kembali berubah menjadi 5-0 untuk Indonesia.

Dan tendangan spekulasi Ferry Firmansyah pada menit ke-68 yang menembus jala gawang Taiwan, menjadi gol penutup timnas U-19 Indonesia di laga tersebut. Sebab hingga wasit meniup peluit panjang di akhir babak kedua, tidak ada tambahan gol yang tercipta. Semoga saja kemenangan telak ini tidak hanya berhenti sampai disini, soalnya lawan berikutnya adalah tim kuat, Australia.

09 November 2009

Kualifikasi Grup F Piala Asia U-19, Jepang vs Indonesia 7-0

Permainan Indonesia jauh dari yang diharapkan sebelumnya. Target seri yang dipasang sebelumnya harus dibuang jauh-jauh saat pertandingan baru berjalan 10 menit sudah kebobolan 2 gol terlebih dahulu lewat gol Takagi Toshoyuki menit ke-3 dan Nagai Ryo menit ke-10. Timnas Indonesia sempat mencoba membalas dengan melakukan serangan-serangan spartan ke daerah pertahanan Jepang. Tapi, para pemain belakang Jepang masih terlalu tangguh untuk dilawan para striker mungil Indonesia. Bukannya gol yang tercipta, malahan kebobolan yang bertambah lewat Kato Masaru di menit ke 40. Skor 3-0 bertahan sampai akhir babak pertama.

Dibabak kedua, ibarat sebuah tim yang sudah putus asa, akhirnya menjadi bulan-bulanan tim lawan. 4 gol lagi tercipta dibabak kedua melalui Takagi Toshiyuki pada menit ke-53 dan 56, Takahashi Shohei pada menit ke-55, serta Nagai Ryo pada menit ke-71. Permainan timnas Indonesia benar-benar jauh dari yang diharapkan, ditambah mental para pemain yang sudah drop sekali.

Kalo menurut saya, lebih baik kalah WO 3-0 dari pada harus cape-cape bertanding, dan bukannya kalah lagi yang didapat, melainkan rasa malu karena bermain dikandang dan caci maki yang didapat oleh para pemain-pemain timnas U-19 Indonesia ini.

Padahal, dipartai sebelumnya melawan singapura, saya masih berharap banyak pada sekumpulan anak-anak muda ini. Dalam hatiku, yah bolehlah, kan baru 2 tahun berlatih di Uruguay. Masih ada 2 tahun lagi kesempatan belajar dan menimba ilmu disana. Tapi, setelah pertandingan melawan Jepang yang berakhir tragis 7-0 ini, pupus sudah harapan saya. Beginilah harapan kata pak ketua PSSI Bapak Nurdin Halid yang mencanangkan tahun 2018 kita menjadi juara piala Asia, dan ditahun 2022 menembus piala dunia? zzzzz...Boro-boro masuk piala Asia, wong tahun 2007 lalu aja, kalau bukan dengan status tuan rumah jangan berharap kita bisa masuk babak pengisihan piala Asia waktu itu. Nah, kini setinggi harapan yang dibebankan kepada anak-anak U-16, yang sekarang sudah turun di U-19 untuk mewujudkan harapan yang menurut saya lebih cocok disebut dengan hayalan belaka itu.

Cara bermain saat melawan Jepang, saya melihat semua pemain timnas kita tampil sangat buruk. Terutama penjaga gawang Beny Yoewanto, yang bisa dibilang seperti seorang yang baru belajar menjadi penjaga gawang. Kesalahan-kesalahan mendasar banyak dilakukan, termasuk mungkin sangat gugup saat menghadapi tendangan-tendangan keras dari para pemain Jepang. Mungkin dia (Beny) tak perlu jauh-jauh bersekolah ke Uruguay. Mungkin lebih cocok dia bermain saja di liga Indonesia. Toh semua tim-tim di liga Indonesia umumnya memasang 2 striker asing. Jadi tak perlu jauh-jauh untuk belajar menangkap bola.

Ada juga yang memberikan pedapat, bahwa Indonesia tidak akan pernah maju kalau para pemain-pemainnya umumnya berasal dari perdesaan. Menurut saya, masuk akal juga. Dengan postur pas-pasan, jangan harap mau menang. Coba tengok negara mana yang bisa hebat jika postur para pemainnya hanya memiliki tinggi badan rata-rata 160-an cm? Tapi menurut saya, mungkin Indonesia memang belum ditakdirkan untuk menjadi macan asia. Perlu >20 tahun atau 2 generasi lagi untuk menciptakan bibit-bibit muda baru. Tidak ada cara yang instan. Yah, mungkin istilahnya sudah mentok kali ya, diajarin bagaimanapun tidak akan banyak membawa perubahan. Berguru sana-sini, hasilnya 0 besar.

Saran saya, barangkali bisa diterima ketua umum PSSI, lihat saja hasil total dari kualifikasi piala Asia u-19 ini. Jika terlalu mengecewakan, lebih baik proyek bersekolah di Uruguay dihentikan saja. Sisa anggarannya disalurkan untuk membantu proyek pemain dalam negeri saja. Toh misal 2 tahun sisanya akan tetap dilanjutkan, siapa yang bisa menjamin kemampuan kita akan melebihi tim sekelas Jepang sekarang? Kalau Cuma mau menjadi raja Asean saja, saya kira tidak perlulah buang-buang 12,5 M per tahun. Naturalisasi saja beberapa pemain asing buat mendongkrat daya gedor timnas nantinya. Simpel bukan? Malahan lebih hemat.

Atau, menurut saya, akan lebih efektif jika kita mengirimkan timnas ke Jepang atau Korea selatan saja, yang memang sudah dikenal sebagai macan asia. Toh mereka juga bisa mengimbangi kekuatan-kekuatan eropa atau amerika juga. Jadi istilahnya, lebih efektif dan efisienlah. Toh sekolah jauh-jauh juga ntar kan balik lagi main di liga tarkam maksudku liga Indonesia). Tuh sudah banyak koq tim-tim lokal yang mencari-cari celah buat mendapatkan tandatangan para pemain yang sementara sekolah di Uruguay ini, agar setelah habis masa bakti 4 tahunnya, sudah bisa bergabung dengan mereka. So? Emas yang sudah dibersihkan menjadi mengkilap bisa menjadi kotor kembali.


Indonesia: Yuwanto Stya Beny (kiper), Yericho Christiantoko, Ferry Firmansyah, Mokhamad Syaifudin, Abdul Rahman Lestaluhu, Yandi Sofyan, Alan Martha, Mochamad Zaenal Haq, Rizki Ahmad Sanjaya, Vava Mario Zagalo, Alfin Ismail Tuasalamoni
Pelatih: Cesar Payovich.

Jepang: Nakamura Hayato (kiper), Tanaka Masaki, Takahasi Shohei, Kikuci Daisuki, Musaka Mitsunari, Oghihara Takahiro, Kato Masaru, Furuta Hiroyuki, Takagi Toshiyoki, Nagai Ryo, Iwata Shuhei
Pelatih: Nuno Keiichiro.

07 November 2009

Kualifikasi grup F Piala Asia U-19, Macth Day 1, Indonesia vs Singapura 0-1

Nasib buruk kembali menimpa timnas Indonesia. Setelah tim senior Indonesia tak lama baru dikalahkan tim Singapura senior 3-1, kini nasib timnas junior U-19 pun tak jauh berbeda, dikalahkan 0-1 oleh timnas U-19 Singapura, di stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Sabtu (07/11) petang. Gol kemenangan Singapura dijaringkan Madhu M. Mohana pada menit 68.

Padahal sejak awal-awal pertandingan, timnas U-19, yang keseluruhan anggota timnya adalah dari bentukan dari SAD Indonesia U-16 yang bermain di Quinta Division Uruguay, begitu mendominasi permainan. Bahkan tercatat sedikitnya 5 peluang emas yang dapat dikonversikan menjadi gol jika saja para pemain lebih tenang. Paling tidak, tim Singapura sangat tertekan di babak pertama dan condong bermain negative football akibat serangan yang begitu deras yang dilancarkan tim Indonesia.

Di babak kedua, awal petaka terjadi. Gol Singapura bermula dari umpan Muhamad Raihan di sayap kanan pertahanan Indonesia. Umpan diterima Muhammad Safuwan yang meneruskannya kepada Madhu, yang tak kesulitan menyontek bola kedalam gawang yang dikawal Beny Stya. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi, apabila barisan pertahanan Indonesia tidak maju semua, seolah-olah ingin menciptakan jebakan off-side. Akhirnya petaka berbuah, senjata makan tuan.

Alhasil, karena ketinggalan sebiji gol, cara permainan pun berubah. Timnas U-19 yang di babak pertama bermain bagus, kini bermain kacau. Berbagai serangan tidak tertata, dan barisan pertahanan pun longgar. Kerap kali beberapa serangan anak-anak Singapura membahayakan gawang Indonesia. Untung saja tidak terjadi penambahan gol dari timnas Singapura, dan berlangsung sampai peluit akhir dibunyikan.

Tapi menurut saya, dengan melihat cara bermain yang diperagakan timnas U-19 Indonesia ini sepanjang 2 x 45 menit, saya sangat menaruh harapan besar kelak kedepannya. Gaya bermain anak-anak sudah cukup memperlihatkan bagaimana cara bermain amerika latin itu. Dasar-dasar fundamental sepakbola modern sudah mulai tertanam selama 2 tahun awal berlatih di Uruguay. Dengan ikut terjun di kompetisi lokal Quinta Division, kerja sama tim semakin terlihat. Padahal, mayoritas usia mereka baru 16-17 tahun, lebih muda setahun dari mayoritas tim lawan yang sudah 18+.

Tak hanya saya, bahkan seluruh rakyat Indonesia menaruh harapan terhadap generasi emas yang berlatih di Uruguay ini. Sampai-sampai begitu medengar kualifikasi grup F Piala Asia 2010 dilangsungkan di Indonesia, stasiun TV nasional, TV One menyiarkan secara live semua pertandingan yang akan dimainkan timnas Indonesia. Yah, ini baru pertandingan pertama. Masih ada 4 pertandingan lain yang akan dimainkan. Peluang masih ada. Jadi, ayo tunjukkan kepada segenap bangsa Indonesia, kalau kalian memang adalah Golden Generation Timnas Indonesia di masa mendatang!

Inilah susunan skuad timnas Indonesia U-19 yang diturunkan melawan timnas U-19 Singapura:

Skuad Indonesia: Beny; Tuasalamony, Syaifuddin, Yericho; Firmansyah, Haq, Pellu; Lestaluhu, Munawar (Ohorella'75), Alam, Yagalo.

Skuad Singapura: Neezam; Safuwan, Azfar, Shakir; Raihan, Safirul (Faiz'85), Eugene (Nazrul'55); Syafiq, Muhaymin (Ahmad'80), Haziq, Madhu.

Jadwal selanjutnya Kualifikasi Grup F Piala Asia U-19 2010:

Match Day 1, Sabtu, 7 November 2009
Indonesia vs Singapura, Jepang vs Cina Taipei, Australia vs Hong Kong

Match Day 2, Senin, 9 November 2009
Jepang vs Indonesia, Singapura vs Hong Kong, Cina Taipei vs Australia

Match Day 3, Kamis, 12 November 2009
Cina Taipei vs Indonesia, Australia vs Singapura, Hong Kong vs Jepang

Match Day 4, Sabtu, 14 November 2009
Singapura vs Jepang, Hong Kong vs Cina Taipei, Indonesia vs Australia

Match Day 5, Selasa, 17 November 2009
Australia vs Jepang, Hong Kong vs Indonesia, Cina Taipei vs Singapura

NB: Seluruh pertandingan babak kualifikasi grup F akan dimainkan di Indonesia.

SAD Indonesia

Prestasi terakhir timnas Indonesia yang dapat dibanggakan adalah medali emas SEA Games Manila 1991. Saat itu, trio pelatih Anatoly Polosin, Vladimir Urin, dan Danurwindo menerapkan sistem pelatnas jangka panjang berupa latihan fisik yang berat bagi para anggota skuad timnas. Pelatnas yang dilakukan selama beberapa bulan itu banyak diserang kritik, namun akhirnya semua bungkam saat medali emas dikalungkan ke leher kapten Ferril Raymond Hattu.

Model pelatnas jangka panjang juga sudah dikenal pada era Tony Pogacnik. Menjelang Asian Games 1962, dibentuk dua tim, Indonesia Banteng dan Indonesia Garuda, yang bermaterikan para pemain senior dan pemain muda. Kompetisi yang terbangun di antara kedua tim dipercaya menghasilkan pemain berkualitas terbaik yang akan membawa Indonesia berjuang merebut medali emas cabang sepakbola dalam pesta olahraga terbesar Asia itu.



Bisa dibilang, pelatnas jangka panjang adalah metode utama yang digunakan untuk membentuk timnas yang tangguh. Contoh terakhir adalah pelatnas yang dijalankan Ivan Kolev menjelang Piala Asia 2007, sehingga menghentikan kompetisi Liga Indonesia selama tiga bulan penuh

Pada awal 1980-an, muncul terobosan dari Ketua Umum PSSI Ali Sadikin dengan mengirimkan timnas berlatih ke Brasil. Pilihan ditempuh karena timnas Merah-Putih mulai kering prestasi, terakhir menjuarai Piala Anniversary di Jakarta, 1972. Tim dikenal dengan nama Indonesia Binatama. Proyek ini sempat berjalan selama enam bulan. Akibat bermasalah dengan kualitas pelatih, proyek dihentikan.

Ide pengiriman tim berlatih ke luar negeri kembali tercetus pada era kepemimpinan Azwar Anas, pertengahan 1990-an. Demi cita-cita tampil di pentas dunia pada 2002, Indonesia mengirimkan tim untuk mengikuti kompetisi di Italia. Bedanya, kali ini tim yang dikirimkan adalah tim yunior. Kelak tim tersebut dikenal dengan nama kompetisi U-19 yang mereka ikuti, Indonesia "Primavera".

Proyek tersebut diulangi setahun kemudian dengan mengirimkan tim mengikuti kompetisi U-16, dan tentu saja dikenal masyarakat dengan nama Indonesia "Barretti". Setali tiga uang dengan proyek Brasil, generasi Primavera dan Barretti gagal membuahkan prestasi yang gemilang.

Cita-cita menyaksikan anak negeri bermain di pentas sepakbola dunia ternyata terus hidup sepanjang masa. Pada 25 Januari 2008, dikirim 25 pemain timnas Indonesia U-16 untuk mengikuti kompetisi taruna Quinta Division di Uruguay. Proyek tersebut direncanakan berlangsung selama empat tahun. Di Uruguay, tim muda Indonesia akan dilatih Cesar Payovich Perez dan asisten Jorge Anon. Proyek menelan dana Rp12,5 miliar per tahun dan bertujuan mencetak pemain Indonesia yang berkualitas, bukan sebuah tim seperti generasi Primavera dan Barretti terdahulu.

Soal pendidikan yang menjadi hak dari para pemain muda tersebut, Ketua BTN Rahim Soekasah berjanji akan mendaftarkan mereka ke Sekolah Ragunan dan pendidikan akademik dilakukan dengan sistem modul.

Tim juga direncanakan berujicoba keliling Asia pada Juli 2008, saat kompetisi sedang libur, dan diakhiri dengan bertanding di stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Namun, rencana tersebut tidak kesampaian. Bahkan untuk mengikuti Piala Asia U-16 di Uzbekistan, akhir tahun silam, alih-alih mengirimkan tim dari Uruguay, PSSI memutuskan mengirim tim hasil seleksi lokal.

Pada tahun pertama, "SAD" [kependekan dari Sociedad Anonima Deportiva -- secara harfiah berarti "korporasi olahraga"] Indonesia mengikuti kompetisi mulai Maret hingga November 2008. Selama kompetisi tersebut, SAD Indonesia bertanding 23 kali, dengan rekor enam kemenangan dan sisanya kalah. Berkat hasil tersebut, tim masa depan Merah-Putih berada di posisi ke-19 klasemen akhir Quinta Division. Klub tangguh Uruguay, Danubio, menjuarai kompetisi.

Ketika masa kompetisi usai, tim pulang ke Indonesia beserta pelatih Cesar. Sambil beristirahat dan menjalankan program pribadi, Cesar berkeliling Indonesia untuk mencari pemain baru yang akan disertakan dalam tim tahun kedua. Seleksi dilakukan dan hasilnya tujuh pemain baru tampil menggantikan para pemain yang tercoret.

Kompetisi tahun kedua sudah berjalan sejak 14 February 2009

Masih panjang jalan generasi Uruguay ini untuk menjadi pemain yang bisa dibanggakan Indonesia. Dan, meski harus terus menunggu, harapan tetap akan tumbuh...

Anggota Tim Tahun Pertama:
Kiper: Alwi Syahrul Karim, Tri Windu Anggono, Dimas Galih Pratama.
Bek: Taji Prashetio, Reza Inas Setiarachman, Yericho Christiantoko, Imam Agus Faisal, Reffa Arvindo Badherun Money, Sutanto, Ferdiansyah, Alfin Ismail Tuasalamony.
Gelandang: Mochammad Zainal Haq, Ridwan Awaludin, Davitra, Feri Firmansyah, Finky Pasamba, Lutfi Hidayat, Ismail Marzuki, Mochammad Chairudin.
Penyerang: Novri Setiawan, Alan Martha, Burhanudin Bayu Saputra, Yandi Sofyan Munawar, Sahlan Sodik, Syamsir Alam.

Anggota Tim Tahun Kedua:
Kiper: Tri Windu Anggono, Dimas Galih, Beny Stya Yoewanto.
Bek: Yericho Christiantoko, Reffa Arvindo Badherun Money, Mokhamad Syaifudin, Sedek Sanaky, Alfin Tuasalamony, Ferdiansyah, Taji Prashetio, Imam Agus Faisal.

04 November 2009

World of Warcraft Resmi Ditutup Di China

Jakarta - Dianggap melanggar beberapa ketentuan yang berlaku, pemerintah China akhirnya mencabut ijin operasional game online terbesar, World of Warcraft.

Seperti dikutip detikINET dari Gamespot, Selasa, (3/11/2009). NetEase sebagai penanggung jawab kelangsungan hidup World of Warcraft di Cina, dianggap pemerintah setempat sudah melakukan beberapa pelanggaran berat.

Akibatnya, para pejabat dari General Administration of Press and Publication (GAPP) mencabut izin operasional untuk World of Warcraft sekaligus menolak kehadiran game anyar Activision, Burning Crusades.

Jika World of Warcraft ditutup secara permananen di Cina, hal itu tentunya akan mempengaruhi waralaba pendapatan perusahaan induk Blizzards, Activision Blizzard. Mengingat NetEase adalah pengelola game online no 2 terbesar di China.

Sumber: www.detik.com

Menurut saya, game sepopuler Wacraft janganlah ditutup ditutup disana. Sayang alasan ditutupnya tidak dibeberkan ke publik. Mungkin ini bagian dari keadaan politik disana yang tidak kondusif buat perusahaan asing.