Kemarin, di pertadingan QF (Quarter Final), 2 nomor China walkover dari turnamen SSP Denmark Open 2013. Yang walkover masing-masing adalah Lie Xue Rui yang akan berhadapan dengan sesama negaranya, Wang Shi Xian, serta /Yu Yang/ Wang Xiaoli yang juga akan bertemu dengan rekan senegaranya, Bao Yixin/Tang Jinhua. Sebenarnya cukup jelas alasan mereka walkover, yakni untuk menaikkan BWF ranking rekan senegaranya tersebut.
Apalagi barusan China juga banyak bongkar pasang pemain nomor ganda nya. Jadi momen inilah yang dipakai untuk mendongkrak ranking nya yang masih rendah karena baru dipasangkan. Tapi harusnya di turnamen sekelas Super Series atau Super Series Premier tidak bisa melakukan hal itu (walkover dengan alasan yang tidak jelas), karena bagi pemain berperingkat 10 besar yang menolak ikut turun saja itu bisa kena denda sebesar $5000.
Badminton terancam tidak dipertandingkan di OLIMPIADE selanjutnya, ya karena kasus-kasus model ini. Harusnya BWF merancang aturan yang baru, sehingga meminimalisir terjadinya setiap celah/peluang agar "sepak bola gajah" atau "opera sabun" tidak lagi terjadi. Karena olahraga pada prinsipnya adalah menjunjung sportivitas. Kata-kata itu harus dipegang semua atlet. Dalam hal ini, sebenarnya tidak ada yang salah, termasuk pelatih atau pemainnya. Yang salah ya itu; aturannya masih KJ alias kurang jelas. Jadi sangat rawan dan memungkinkan orang untuk berexperiment.
Satu lagi, sebenarnya mereka (tim China) berani bermain sabun, karena mereka yakin akan pemain/pasangan barunya sudah cukup teruji. Kalau tidak yakin, mereka tentu ogah melepas medalinya secara cuma-cuma ke lawan. Misalnya WSX, skillnya tak kalah dibanding LXR. Rankingnya juga beda tipis. Kalau rankingnya beda 50an, ya mereka juga bakal pikir 2x untuk walkover. Bao/Tang juga, meski pasangan baru, tapi mereka sudah teruji dengan pasangan lama mereka sebelumnya, dan sudah punya nama besar juga di pentas badminton.
Ya begitulah nasib negara-negara yang miskin atlet berprestasi. Bisanya menggerutu kalau negara lain punya banyak atlet berprestasi, setelah main sabun dikit kayak gini langsung menggerutu dan langsung menjudge. Kita harusnya bisa berpikir positif dan mengambil hikmah dari kasus ini. Seandainya kita punya banyak pemain dengan kualitas MERATA (baca), kita juga pasti tak segan untuk melakukan hal yang sama. Contoh kenapa pasangan Ahen dan Tolyn enggan mengalah jika bertemu sesama rekan senegaranya? Apa yakin rekan senegaranya itu mampu melenggang mulus hingga final? Sudah cukupkah kualitas yang dimiliki rekan senegaranya? Coba kalau masih ada pasangan Chandra/Tony yang memiliki level setara atau mungkin diatas kualitas Ahen?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar