16 Desember 2010

Apakah Perlu Timnas Menggunakan Jasa Tentara Bayaran?

Keberhasilan Indonesia, Vietnam, dan Philipina menembus babak semifinal piala AFF 2010 tidak terlepas dari adanya sejumlah pemain asing di timnas masing-masing. Kecuali Malaysia yang 100% mengandalkan pemain lokal. Indonesia, ada 2 pemain asing, Vietnam ada 6 pemain asing, dan Philipina dengan 9 pemain asing, sekaligus terbanyak.

Disini kita melihat, apakah efektif menggunakan “tentara bayaran” demi hasil sekejap? Mungkin dari negara-negara kaya tidak masalah. Tapi apakah efektif dalam pembinaan peningkatan kualitas pemain lokalnya? Tidak perlu jauh-jauh, di Indonesia saja setiap klub Super Liga bisa memainkan 5 pemain asing sekaligus. Dari ke 5 pemain asing itu, umumnya 2-3 orang berposisi sebagai striker atau second striker. Sisanya gelandang atau bek.

Hasilnya? Pemain lokal hanya ”disuruh” menjaga gawang, sementara para pemain asing yang akan mencetak gol. Betul? Hasilnya merambat ke timnas, dengan minimnya pemain yang berposisi striker dengan kualitas mumpuni (standar kali ya). Kebijakan 5 pemain asing disanggah PSSI dengan alasan untuk meningkatkan kualitas Liga. Alasan yang tidak masuk akal. Akankah suporter fanatik meninggalkan klubnya hanya karena klubnya tidak ada pemain asing?

Satu-satunya alasan mengapa kebijakan 5 pemain asing dilakukan PSSI adalah FEE. Fee untuk PSSI dari setiap pemain asing yang masuk kabarnya cukup besar. Bahkan ada jatah sekian persen dari nilai kontrak yang harus disetor buat petinggi-petinggi PSSI.

Timnas Indonesia juga berniat untuk menambah 3-5 orang ”tentara bayaran” yang akan dinaturalisasi. Mungkin terobsesi dengan timnas Philipina yang ”tentara bayaran”nya sampai 9 orang. Terus, apakah pantas mereka disebut perwakilan negara? Kalau menggunakan jasa ”tentara bayaran” seperti itu, kenapa harus susah-susah melakukan pembibitan lagi di usia dini? Toh setelah mereka dewasa juga egk akan kepake di timnas.

6 komentar:

Unknown mengatakan...

Kalo misalkan iya, ko serem amat.. haha...

tukeran follow yu kaka.

Anonim mengatakan...

wah... emang bener tuh, akan ada stagnasi bibit2 unggul..
apa arti juara kalo gitu? tak membanggakan...

~ dy ~

Shudai Ajlani mengatakan...

jangan nanti malah yang ada perang-perangan :)

Anazkia mengatakan...

Astagfirullah... Saya baru tahu, HIks, tiada lagi kebanggaan deh kalau gitu :((

Btw, maaf baru singgah, dah jarang ngeblog sekarang*

Herman mengatakan...

penggunaan pemain asing hanya bersifat sementara. kalo mau permanen ya itu tadi, pembibitan dari usia 10-15 tahun, semenjak dari SSB..

TUKANG CoLoNG mengatakan...

mending cari yg kayak irfan. masih ada darah indonesianya..