
SELAMAT TAHUN BARU
01 JANUARI 2011
Semoga Damai Sejahtera Menyertai Kita Semua!
Malaysia akhirnya menjadi juara Piala AFF 2010, setelah hasil 2-1 di Jakarta. Agregat menjadi 4-2, setelah di lag pertama, Malaysia menang telak 3-0 di Bukit Jalil. Kita harus mengakui, bahwa Malaysia, dengan usia pemain rata-rata 21-25 tahun, bisa menjadi juara. Meski sudah berlalu, tapi ada sedikit flash back di laga final piala AFF 2010, dan bagaimana langkah selanjutnya untuk membenahi timnas kedepannya.
Sejak awal pertandingan, Indonesia memang sudah terlihat "kalah spirit" dengan Malaysia. Mungkin karena terbuai dengan kemenangan 5 kali berturut-turut. Akibatnya apa? mental pemain menjadi CACAD! Selain gangguan dari sinar LASER para penonton Malaysia, yang menurut pandangan saya sangat tidak FAIR. Mental suporter seperti itu sama seperti binatang saja. Malaysia menang dengan bantuan sinar laser itu. Puncaknya pada menit ke 53, Kiper Markus Horizon melancarkan protes ke wasit, dan wasit asal Jepang pun menghentikan pertandingan sejenak, berkonsultasi dengan panitia setempat (LOC). Menurut saya, gara-gara itulah konsentrasi pemain Indonesia buyar. dalam waktu 15 menit 3 gol bersarang. Siapa saja yang pantas disalahkan? 





Keberhasilan Indonesia, Vietnam, dan Philipina menembus babak semifinal piala AFF 2010 tidak terlepas dari adanya sejumlah pemain asing di timnas masing-masing. Kecuali Malaysia yang 100% mengandalkan pemain lokal. Indonesia, ada 2 pemain asing, Vietnam ada 6 pemain asing, dan Philipina dengan 9 pemain asing, sekaligus terbanyak.
Liburan musim dingin telah tiba. Senang rasanya setelah selesai kuliah semester ganjil ini. Ya, keseharian saya sebagai operator disebuah warnet, mewajibkan saya untuk lebih berfokus pada pekerjaan selama liburan ini. Iri rasanya seperti teman-teman saya yang bisa santai berfoya-foya sepanjang hari bersama pacar masing-masing.
Salut untuk kemajuan timnas Indonesia. Dengan adanya 2 pemain naturalisasi, yakni Christian Gonzales dan Irvan Bachdim, memang jelas terbukti sangat membantu lini depan yang selama ini menjadi batu kubur akibat penyelesaian akhir yang minim akhirnya terselesaikan.
Sekarang lagi hangat-hangatnya info mengenai kepemimpinan DIY (Daerah Istimewa Yogjakarta) akan “digoyang”. Menurut kabar yang beredar, DIY harus melakukan pemilihan gubernur sebagaimana daerah lain, sebagai wujud demokrasi. Selama ini DIY menganut sistem ”keraton/kerajaan” dimana yang menjadi pemimpin adalah berasal dari kaum sri sultan sendiri.