Pantaskah Gaji Menteri Naik?

Presiden AS, Barack Obama, membekukan gaji para pejabat senior Gedung Putih dan pejabat tinggi politik lainnya. Langkah ini dinilai sebagai langkah simbolis, tetapi sangat positif merespon dampak "psikologis" dari krisis global. bahkan Obama juga akan menghapus bonus bagi 3000 staf gedung putih.

Coba bandingkan dengan apa yang terjadi di Indonesia. Baru-baru ini diusulkan kalau bulan Maret nanti gaji para Menteri (Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II) yang berjumlah 34 orang akan dinaikkan (dengar info kalo gaji Presiden, Wakil presiden, dan anggota DPR juga ikut dinaikkan bareng). Padahal, mereka baru saja menerima mobil dinas baru bermerk Toyota Crown Royal Saloon seharga Rp.1,3 Milyar per unit.

Mungkin masih banyak yang belum tahu, berapa gaji Menteri sebulan? Mereka digaji sekitar Rp.60 Juta per bulan. Jika dipotong dengan pajak dan dana iuran partai mereka masih mendapat penghasilan bersih Rp.40 Juta per bulannya. Belum termasuk tunjangan-tunjangan lainnya seperti tunjangan kesehatan, tunjangan perumahan, tunjangan jabatan, dll. Belum cukup? Studi banding keluar negeri juga belum masuk hitungan.

Padahal, kehidupan (kekayaan) para Menteri sebenarnya sudah bagus walaupun tidak menjadi Menteri. Mereka menjadi Menteri karena kebutuhan Aktualisasi diri saja (Piramida Kebutuhan A. Moslow). Jadi, mereka menjadi menteri tujuan awalnya memang bukan untuk cari uang lagi. langkah baiknya kalau selisih kenaikan gajinya dianggarkan buat pembangunan fasilitas-fasilitas umum, akan lebih banyak manfaatnya.

Ingat, Negara kita masih memiliki hutang Luar Negeri yang sampai saat ini belum terlunasi. Belum juga masih banyak rakyat kita yang masih hidup dibawah garis kemiskinan. Jadi, menurut pembaca, Maih pantaskah gaji para menteri selaku wakil rakyat yang seharusnya memperjuangkan hak-hak rakyat dan kemajuan rakyat dinaikkan?