Ini melanjutkan artikel tentang Kisah Perjalanan Mengikuti Pembelajaran Siutao. Awalnya saya tidak tertarik dengan Agama Tao ini. Berawal dari ketidak sengajaan menemukan satu website tentang Tao pada 2006 silam, sampai ikut masuk ke dalam forumnya pada Juli 2007. Gua sampai berdebat dengan semua orang disitu gara-gara paham gua dari tridharma; yang jelas sangat berbeda dengan Agama Tao sendiri. Jujur gua juga sering sakit hati dengan model 'sikap ahok' dengan beberapa rekan yang ada di forum. Gua sempat ingin keluar forum, (eits, ini ingin jual mahal maksudnya). Untunglah ada seorang 'penyelamat' yang menahan saya. Kalau tidak, mungkin saya engga akan pernah masuk dalam Agama Tao ini.
Sebenarnya kenapa saya akhirnya memutuskan untuk mengikuti pembelajaran Siutao ini lebih dalam, alasannya karena ajarannya lebih cocok dengan pola pikir saya saja (bukan karena tertarik agar bisa menjadi orang sakti dengan segala faksuk nya); di mana salah satunya adalah soal reinkarnasi. Di dunia ini banyak orang terlahir dengan berbagai latar belakang; kaya, miskin, cacat lahiriah,terlahir di keluarga berantakan, dsb. Saya percaya itu semua bukan kebetulan semata. Seandainya seperti dalam konsep agama K itu mengatakan bahwa Tuhan itu baik, maka seharusnya Dia tidak akan membiarkan umatnya terlahir di keluarga yang kurang beruntung. Dan kalaupun bisa memilih, saya kira tidak ada satu orang pun di dunia ini yang ingin jadi orang cacat dan miskin; pasti semua suka lahir jadi anak orang kaya, kayak menjadi anak Harry Tanoesoedibyo, atau terlahir di keluarga Hartono (bos rokok) dsb.
Meski terlahir di keluarga kaya juga tidak menjamin hidup akan lancar, tapi setidaknya tidak akan pusing urusan pokok (perut). Kalau urusan pokok (makan) belum sejahtera mana bisa bahagia? Semua ada hukum tuai tabur, sebab akibat. Hari ini anda jadi seperti ini karena masa lalu. Oleh karena itu saya juga tidak sependapat dengan pandangan agama B yang mengatakan bahwa seorang bisa bereinkarnasi menjadi binatang dan makhluk dibawahnya (katanya ada 31 tingkatan alam kehidupan). Bagaimana bisa seorang yang telah menjadi binatang bisa naik level; katakanlah menjadi manusia kembali? Mungkin kalau binatang-binatang yang berguna masih bisa masuk logika (banyak di film), seperti anjing yang setia, kuda yang setia, dsb. Nah kalau lu lahir jadi kutu bagaimana? Mana bisa buat amal/pahala, kalaupun bisa toh tidak akan banyak, dan mungkin butuh ratusan tahun untuk memupuk 1 jasa setara menolong nenek menyebrang jalan.
Alasan yang lain akan saya kemukakan di artikel selanjutnya apabila saya ada keinginan untuk menulis lebih jauh.
Catatan :
1. Artikel ini tidak memerlukan komentar apapun dari pembaca, just for share karena merupakan pandangan pribadi.
2. Beberapa kata perlu mendapat diksi yang lebih baik.