26 Maret 2014

Pesawat MH370 Dibajak ke Kutub Selatan?

Lokasi penemuan pecahan pesawat MH-370; nyaris mencapai kutub selatan
Akhirnya kabar keberadaan pesawat MH-370 milik Malaysia Airlines mulai jelas, setelah ditemukan 2 objek berukuran besar (berukuran panjang sekitar 25 meter) di Samudra Hindia, atau 2500 KM arah barat daya Australia. Dengan adanya penemuan ini, setidaknya menjadi titik terang untuk dimulainya pencarian lebih lanjut, termasuk keberadaan bangkai pesawat dan kotak hitam.

Tapi meski begitu, saya berasumsi, bahwa pesawat telah benar-benar dibajak; entah oleh si pilot sendiri, atau ada penumpang gelap. Tapi saya lebih condong ke penumpang, karena kalau pilot, kenapa para awak kabin pesawat (pramugari) tidak mengetahui/menyadari kalau pesawat telah dibelokkan 180 derajat? Apalagi biasanya para pramugari ini akan memberitahukan kepada penumpang, mengenai letak posisi pesawat saat ini, atau sisa durasi perjalanan. Tidak mungkin tidak ada kontak dengan pilot nya? Lalu kenapa pesawat mengarah ke KUTUB SELATAN (saya tidak bilang ke Autralia, karena faktanya pecahan pesawat malah ditemukan 2500 KM dari Australia, dan tidak terlihat indikasi pesawat mau mendarat darurat disana untuk mengisi bahan bakar) yang dipenuhi es abadi? Apa mau didaratkan (dan dibekukan) disana?

Ini misterius. Padahal sebelumnya dikatakan pesawat telah mendarat di Pulau Diego Garcia, sebuah pulau (dan satu-satunya pulau) terpencil di Samudra Hindia. Tapi aneh juga soalnya disana itu pulau Militer Inggris, yang pastinya dijaga minimal oleh sekelompok pasukan. Tapi ini jelas-jelas mengarah ke KUTUB SELATAN. Padahal awalnya, siapa yang berpikir pesawat mau dibajak ke KUTUB SELATAN? Ya, tentu tempatnya sudah pasti aman. Soalnya di sana tidak ada pemukiman, tidak ada radar, apalagi pihak keamanan (militer); tidak seperti KUTUB UTARA yang ada penduduk Eskimo nya. Hanya ada orang-orang yang akan melakukan penelitian, atau para kapal yang mengangkut hasil laut atau minyak bumi. Di KUTUB SELATAN juga tidak di claim/terikat oleh Negara manapun sebagai penguasa.

Pemikiran saya yang lebih ekstrim, seandainya si pilot yang membajak, dan mungkin dia membawa pistol, berapa banyak isi pelurunya? Apa benar dalam pesawat yang berpenumpang 237 orang (diluar 2 orang, pilot dan copilot) tidak ada yang bersedia menjadi “tumbal”? Tidak ada yang ahli beladiri? (dengar-dengar ada stuntman nya bintang film Jet Li juga lho). Juga alasan kalau penumpang tidak ada yang mengerti “mengemudikan” pesawat seandainya si pilot sudah diamankan. Disini saya kira, peran awak kabin; yang harus menghubungi pihak-pihak terkait (pengawas bandara), atau bagaimana mengoperasikan pesawat secara auto pilot (dengan menekan tombol tertentu). Tapi ntar mendaratkannya bagaimana? Hhmm, walahualam…Tapi setidaknya ada usaha untuk mencoba melawan situasi, dari pada harus mati konyol ikut tercebur ke dalam laut.

Begitu juga dengan kalau penumpang nya sendiri yang membajak, kejadiannya bakal sama seperti diatas. Disini benar-benar awak kabin harus active, jangan kayak penumpang, yang duduk diam tidur atau asik foto-foto. Mereka setidaknya dalam pendidikan ke-pramugarian telah diajarkan bagaimana bertindak dalam kondisi genting; termasuk ancaman pembajakan; dan bagaimana mengkoordinasikan penumpang. Sangat lucu kalau mereka pun jadi bingung? Mengingat ini penerbangan LINTAS NEGARA, seharusnya pramugari yang ikut sudah ada pengalaman dinas selama 2-3 tahun; juga penumpang yang ikut serta tidak mungkin berasal dari SUKU PEDALAMAN AFRIKA yang tidak mengerti apa-apa (pasrah saja), pastilah sedikit banyak ada orang-orang pandai/terpelajar yang paling tidak mengerti bagaimana menghadapi kondisi genting.

Tapi saya malah curiga, penumpang mungkin sudah “dibius” dalam pesawat, atau mungkin (maaf) sudah dibuat tutup mulut semua (dengan cara yang tidak dapat saya sebutkan) sampai tidak berdaya selama perjalanan ke Kutub Selatan. Untuk itu, Jika hanya menyimpulkan lewat kotak hitam rasanya kurang akurat; mengingat pesawat MH-370 bukan kecelakaan biasa, melainkan telah dibajak rute nya; dan mungkin perlu mengambil sampel dari para korban pesawat untuk diteliti adanya kemungkinan-kemungkinan tersebut.

Saya juga mengapresiasi pihak Australia, yang menjadi penemu lokasi pecahan pesawat lewat satelitnya; setelah kemudian dikuatkan oleh Negara China dan Prancis dengan masing-masing satelitnya juga. Ini yang mengundang Negara-negara maju untuk ikut serta berlomba-lomba dalam pencarian. Mereka bisa menunjukkan kepada dunia, bahwa mereka punya teknologi canggih yang bisa diandalkan; serta menjadi kebanggan tersendiri apabila menjadi penemu pertamanya. Tidak seperti ulah para Bomoh Malaysia yang beraksi dengan teropong waktu, buah kelapa, keranjang dan sapu nya; yang mengatakan lokasi pesawat ada di laut China Selatan, perairan Vietnam karena ditahan/ditutup mahkluk gaib?? Sungguh menggelikan. Saya juga menghargai komitmen Malaysia untuk terus melakukan pencarian hingga hari ke 17 (waktu penemuan pecahan pesawat).

Tidak seperti Indonesia, yang selalu menjadikan “Aturan SAR Internasional” yang mengatakan batas waktu pencarian hanya sampai 7 HARI, sebagai kambing hitam alasan untuk menghentikan pencarian, padahal alasan utamanya karena MASALAH DANA dan KETIDAKTERSEDIAAN PERANGKAT TEKNOLOGI (satelit). Ingat pada hari ke 7 pasca kejadian, pihak Indonesia dan Vietnam sudah “mundur” dengan menghentikan pencarian pesawat MH-370 (hanya menyisakan 1/3 tim pencari dengan kapal) dengan alasan pihak Malaysia berbelit-belit dalam menyampaikan informasi. Lalu selanjutnya disebutkan, seandainya pihak Malaysia ingin menalangi BIAYA OPERASIONAL (termasuk bahan bakar pesawat pencari) baru mereka mau bergerak mencari lagi? Kayaknya sudah to the point tuh, UUD (Ujung-Ujungnya Duit) lah.

Mereka mungkin lebih memilih untuk menutup kasus ini (mempeti es kan) dengan alasan sulit ditemukan; atau seandainya ditemukan pun penumpang sudah mati semua jadi tidak ada gunanya, atau menunggu bantuan pihak asing/melempar tanggung jawab ke pihak asing (pabrikan pesawatnya) untuk ikut mencari. Masih ingat dengan kasus Pesawat Adam Air? Pihak siapa yang rela mengeluarkan biaya sebesar 27 Milyar rupiah (CMIIW) hanya untuk mengangkat kotak hitam pesawatnya yang berada di kedalaman > 2000 meter dalam laut untuk diteliti? Sementara Pihak Indonesia sendiri sudah mengadakan upacara tabur bunga yang dipimpin oleh Menteri Perhubungan nya pada waktu itu (menyerah), dan lebih memilih untuk berasumsi saja (kalau perlu cari kambing congeknya). Mending uangnya digunakan untuk PENCITRAAN PEMILU. Iya enggak, hehe.

Saya doakan, semoga dengan ditemukannya pecahan pesawat MH-370 ini, memudahkan untuk melakukan pencarian lebih lanjut mengenai lokasi keberadaan bangkai kapal dan kotak hitamnya. Saya percaya pihak Malaysia pasti mampu untuk menalangi segala biayanya. Hehe. Ingat, kasus ini belum selesai, paling tidak harus mencari alasan :

1. Kenapa pesawat bisa berputar 180 derajat; yang seharusnya ke utara China, tapi kini ke selatan Samudra Hindia? Pilotnya buta arah, atau???
2. Kenapa tidak ada satu pun radar yang dapat mendeteksi dengan jelas adanya pesawat yang melintas? Ini perlu diteliti mengenai rute pesawat saat dialihkan.
3. Apa alasan pesawat diarahkan ke arah selatan Samudra Hindia? Sampai pesawat bisa jatuh di Samudra Hindia? Apa kehabisan bahan bakar sebelum mencapai KUTUB SELATAN?

Semoga juga keluarga yang ditinggalkan agar terus dikuatkan dan menjadi tabah oleh Yang Maha Kuasa. Ini memang kejadian diluar perkiraan.

Tidak ada komentar: