11 Juli 2013

Ahok Berani Lawan 4 Pengusaha Besar

Ahok, sosok pembawa perubahan
Sesuai judulnya diatas, Ahok berani lawan 4 pengusaha besar. Ini adalah salah satu contoh pejabat yang berani melakukan gebrakan dengan menentang dominasi pihak asing/swasta yang mencoba ingin mengeruk keuntungan dari negara. Di saat negara ini sudah memiliki utang lebih dari 2000 Triliun, dan lebih memilih untuk menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) dari pada mencegah kebocoran-kebocoran anggaran yang justru terjadi di lingkungan pemerintahan itu sendiri.

Banyak dari pengusaha besar khususnya di Jakarta sangat "pandai bermain" untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, salah satunya adalah dengan menghindari PAJAK dan MENCARI LAHAN/TANAH lewat jalur hukum. Seperti yang kita tahu, harga jual per meter tanah/lahan di Jakarta itu sudah selangit. Nah, tentu itu menjadi rebutan antara pemerintah dengan pihak swasta. Ujung-ujungnya adalah jalur hukum, yang di mana justru sering dimenangkan oleh pihak swasta karena dukungan kekuatan UANG/DANA yang mereka miliki untuk membayar pengacara yan jago dan mensuap hakim.

Kepala Biro Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Pemprov DKI Vera R Sari mengatakan, tidak hanya Grup Bakrie yang ditagih, masih banyak pengembang lain yang tidak menjalankan kewajibannya. "Summarecon, Agung Podomoro, Agung Sedayu Group. Yang gede-gede itu," kata Vera.

Salah satu produk hunian terbaru dari Agung Sedayu Group. Tapi kewajibannya kok belum dilunasi? Jangan hanya promo terus di TV!
Agung Podomoro dan Agung sedayu Group, yang hampir setiap hari iklan propertinya (perumahan, apartemen, ruko) muncul di channel Metro TV ternyata BELUM MENJALANKAN KEWAJIBANNYA. Seharusnya, perusahaan yang bergerak di bidang properti tersebut harus melakukan kewajibannya dengan menjalankan kewajiban mereka dengan memberikan 20 persen lahan untuk membantu Pemprov DKI dalam membangun fasilitas sosial dan fasilitas umum (fasos fasum). Jangan hanya mementingkan isi perut sendirilah. Kalo rasa rugi jadi pengembang, ya jangan dipaksain, lahannya itu kalau kalian enggak bangun juga enggak apa-apa, masih bisa dimanfaatkan buat lapangan bola atau lahan parkir. Lumayan se jam sekarang udah goceng di Jakarta. Pantas etnis Tionghoa makin terus terpojok di Indonesia, wong ada kalian-kalian ini penyebabnya.

Bagaimana bisa sebuah negara terus menerus digerogoti dari luar (pihak swasta/asing) dan dari dalam (pejabat/aparatur negara) ? Kapan akan maju nya ? Bagaimana rakyat miskin bisa tetap hidup dan berkembang ? Sudah betul ada ungkapan, orang miskin makin miskin, orang kaya makin kaya. Bahkan perusahaan swasta juga, yang notabene adalah putra-putra bangsa sendiri juga malahan ikut menggerogoti kekayaan negara dengan cara-cara kotor.

Selengkapnya mengenai siapa saja 4 pengusaha besar itu, dapat disimak di http://bit.ly/12vtJPe

Tidak ada komentar: