07 Januari 2013

Dokter Hanyalah Sebuah Gelar?

Hari ini, di salah satu koran lokal saya ada memuat daftar dokter spesialis dan dokter muda yang baru "dilantik" sehalaman penuh. Saya kaget, karena setiap tahun setidaknya seingat saya ada 2-3 kali pengangkatan, dengan jumlah dokter (spesialis dan dokter umum/muda) mencapai ratusan orang. Itu baru di daerah saya, belum di 32 propinsi lainnya. Bisa anda bayangkan berapa jumlah lulusan dokter muda yang ada di Indonesia ini.

Kalau setiap kali angkatan, misalkan ada 200 orang, setahun ada 3 kali angkatan, maka ada sekitar 600 dokter, baik dokter spesialis maupun dokter muda yang baru. Di daerah Jawa, (seperti di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya) atau di daerah Sumatera (seperti di Medan dan Palembang) pasti lebih banyak, mungkin bisa mencapai ribuan orang sekali angkat. Nah, jika 5-10 tahun, berapa banyak tuh? Seharusnya tidak sulit untuk menyebarkan mereka ke daerah-daerah pedalaman.

Tapi anehnya, justru yang ada di masyarakat pedesaan, faktanya malah kekurangan dokter (umum/spesialis). Bahkan ada puskesmas/RSUD yang tidak ada dokter tetap sama sekali, hanya ada dokter honor atau dokter (sarjana kedokteran, baru lulus kuliah) PTT yang "hanya" magang paling 1-2 tahun saja, setelah itu kembali ke kota. padahal fasilitas gedung sudah dibangun pemerintah. Kenapa mereka tidak betah?

"Dokter itu pada dasarnya adalah sebuah pekerjaan keiklasan hati untuk menolong orang lain dengan ilmu yang dimiliki. Bukan karena faktor gaji, tunjangan, bonus, atau tergiur keuntungan yang besar (komisi penjualan obat). Apalagi kalau mengejar gelar dokter hanya karena FAKTOR SOSIAL, DIMANA ANAK MUDA LULUSAN KEDOKTERAN DERAJATNYA LEBIH TINGGI (GENGSI) DIBANDING ANAK LULUSAN YANG LAIN. Pola pikir inilah yang justru muncul di masyarakat."
Sewaktu mendaftar di Fakultas Kedokteran, banyak yang bermain curang. Sudah bukan rahasia lagi, kalau mau jadi dokter harus keluar banyak uang, termasuk "uang kursi" agar anak bisa kuliah di fakultas idaman tersebut. Di daerah saya, harga sebuah kursi bisa mencapai 150 juta. Ntah berapa kalau di Universitas / Fakultas yang lebih ngetop di kota-kota lain. Kepandaian bisa di nomor dua kan, yang penting ada duit, semua bisa diatur. Akhirnya lihat apa yang terjadi sekarang, kebanyakan lulusan kedokteran memilih tempat prakteknya sendiri, yang umumnya di kota-kota besar yang banyak penduduknya. Mereka akan sangat malas dan merasa terbebani kalau ditugaskan ke daerah terpencil atau daerah (pulau) perbatasan. Tak jarang banyak diantara mereka yang menolak, atau bagi yang sudah terlanjur, minta surat tugas agar dikembalikan.

Akhirnya, profesi dokter yang awalnya mulia, karena menolong nyawa orang lain, malah menjadi tempat nyari duit. Tetapi masih untung, mereka tetap masih mau menjadi dokter (pelayan) masyarakat, meski sebagian besar mereka terfokus di kota-kota besar. Lebih sayangnya, ada yang hanya menjadi DOKTER KELUARGA. Tahu apa artinya? Yup, dokter keluarga itu, ibarat hanya mengamalkan ilmu nya sendiri kepada keluarga atau kerabat dekatnya saja. Itupun mereka tidak berani mengambil tindakan medis terlalu jauh, umumnya tetap di arahkan/rujuk (direct) ke Rumah Sakit. Mereka lebih tergiur dengan bisnis/usaha orang tuanya yang memang sejak awal sudah membuat mereka kaya dan banyak duit. Tidak perlu kerja susah-susah lagi. Jadilah dokter hanya sebagai "gelar" saja.

Mereka-mereka ini (dokter keluarga), seperti telah merampok hak orang lain yang ingin benar-benar kuliah di Fakultas Kedokteran, agar supaya nantinya bisa melayani masyarakat. Tapi sayang, karena mungkin tidak ada dana, akhirnya mereka memilih jurusan yang lebih realistis dengan kondisi keuangan mereka (murah). Padahal mungkin diantara mereka (yang tidak ada uang untuk kuliah menjadi dokter) banyak yang memiliki kemampuan intelegent yang lebih dibanding teman-temannya yang lain, yang lulus di Fakultas Kedokteran sendiri (karena uang atau koneksi orang dalam). Yang paling penting, mereka mungkin memiliki hati yang tulus dan iklas untuk melayani masyarakat meski tidak digaji sekali pun, karena pada dasarnya dokter memang adalah sebuah pekerjaan yang mulia.

"Dari 100 dokter muda, hanya 1/10 nya yang akan sepenuhnya tulus melayani masyarakat"

Tidak ada komentar: