14 Juli 2009

Kejadian unik

Pekanbaru - Nasib apes menimpa Kamaruddin, bocah usia 9 tahun yang ikut dalam
sunatan massal. Dalam khitanan itu rupanya dia mengalami kecelakaan fatal yakni alat bedah laser yang digunakan dokter telah memotong kepala kelaminnya.

Bocah itu kini terbaring lemas di ruangan Flamboyan, RS Awal Bros, Pekanbaru. Kamaruddin merupakan warga Kecamatan Belilas, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) Riau.

"Kamaruddin dirujuk ke tempat kita akhir pekan lalu. Waktu dirujuk
kondisinya sangat parah karena air seninya yang keluar bercampur darah ini
akibat luka dibagian ujung penisnya," kata Humas RS Awal Bros, Nasrul Edy
kepada wartawan, Senin (13/07/2009) di Pekanbaru.

Menurut Edy, sebelum dibawa ke Pekanbaru, Kamaruddin ini sempat di rawat di
RSUD Inhu, di Rengat. Di rumah sakit tersebut, tim medis sempat melakukan
pengobatan berupa penjahitan bagian ujung kelaminnya yang putus. Hanya saja upaya penyambungan itu ternyata tidak maksimal. "Karena itu di tempat kita Kamaruddin menjalani operasi ulang penyambungan alat ujung kelaminnya yang terputus," kata Edy.

Edy menyebutkan, pihaknya telah melakukan operasi penyambungan tersebut.
Mengingat pasien usianya belum dewasa dimungkinkan penyambungan alat
kelamitnyang terputus itu bisa berhasil.

"Yang menjadi persoalan apakah nanti kelaminnya bisa berfungsi atau ereksi
kembali, itu yang belum bisa kita pastikan," kata Edy.

Sementara itu, orangtua Kamaruddin, Abdul Wahab kepada detikcom menceritakan, sunatan massal itu digelar oleh Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BK3S) Riau dalam rangka memperingati Hari Keluarga Nasional ke-16 tahun 2009. Sunatan massal itu dipusatkan, di Kantor Kecamatan Belilas Kabupaten Inhu, pada Senin lalu (7/07/2009).

"Waktu disunat, saya berada di sebelah anak saya. Dokternya yang menyunat
anak saya masih muda namanya Supri,” kata Abdul Wahab.

Masih cerita Abdul Wahab, ketika memotong kulit kelamin itu, ternyata
Kamaruddin langsung menjerit sekuatnya. Kamaruddin menangis sejadi-jadinya.
Dokter yang melakukan sunatan dengan menggunakan alat pemotong leser itu
langsung terlihat panik.

“Astaghfirloh. Maafkan saya pak. Anunya ikut terpotong,” kata dokter
Supri dengan nada gemetar seperti ditirukan Abdul Wahab.

Wahab yang saat itu juga turut panik melihat anaknya terus menangis serta
wajahnya yang pucat kembali bertanya pada dokter tersebut. "Apanya yang
terpotong Pak Dokter," tanya Wahab. Lantas dokter yang menyunat juga
terlihat pucat menjawab, "Kepala burungnya ikut terpotong pak," kata
dokter.

Mendapat jawaban seperti itu, Wahab lantas bingung dan tak mengerti harus
bertindak apa. "Saya panik tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Saya hanya
berpikir bagaimana nasib anak saya," kata Wahab yang kesehariannya buruh
perkebunan kelapa sawit.

Karena dokter telah salah potong, situasi sunatan massal pun geger. Padahal
waktu itu ada 170 anak-anak saat libur sekolah yang ikut sunatan. Gara-gara
satu orang telah menjadi korban keteledoran seorang dokter, akhirnya sunatan
massal itu pun dihentikan. Saat itu baru 70 anak yang sudah disunat dan 100
bocah lainnya dibatalkan.

"Saya hanya bisa berdoa, semoga anak saya bisa sembuh dan normal kembali,"
kata Wahab.

Sumber: www.detik.com

Saya prihatin atas kejadian diatas. Sunat menurut yang saya baca dari buku-buku ilmu kedokteran baik untuk kesehatan juga. Misalnya akan mencegah timbulnya penyakit pada kelamin nanti. Tapi, yang saya harapkan, kegiatan seperti diatas haruslah dilakukan dengan sungguh-sungguh. Misalnya dokter yang akan melakukan sunat, haruslah berpengalaman. Ini tidak main-main, nasib pasien "masa depan" ditentukan oleh si dokter ini. Saya harap kejadian ini tidak terulang lagi, dan sang anak diatas dapat segera diberi kesembuhan oleh Tuhan.
NB: Harap yang membaca ini, dalam hati tidak tertawa ^^...

Tidak ada komentar: