21 Juni 2009

Indonesian Open 2009

Gagal lagi gagal lagi. Ramalan saya terbukti! Tulisan saya yang lalu di Singapore Open tidak salah. Indonesia sudah habis. Mau diapakan lagi, main kandang saja kalah telak!!! Tidak ada satu gelarpun yang didapat. Ini hasil selengkapnya:
Hasil lengkap final Indonesia Open Super Series 2009

Tunggal putra
Lee Chong Wei (MAL) vs Taufik Hidayat (INA) 21-9 21-14

Tunggal putri
Saina Nehwal (IND) vs Wang Lin (CHN) 12-21 21-18 21-9

Ganda putra
Jung Jae Sung/Lee Yong Dae (KOR) vs Cai Yun/Fu Haifeng (CHN) 21-15 21-18

Ganda putri
Chin Eei Hui/Wong Pei Tty (MAL) vs Cheng Shu/Zhao Yunlie (CHN) 21-16 21-16

Ganda campuran
Zheng Bo/Ma Jin (CHN) vs Lee Yong Dae/Lee Hyo Jung 21-17 8-21 21-16

Saya mengutip berita di www.detik.com tentang prestasi Indonesia beberapa tahun terakhir ini.

Jakarta - Dunia bulutangkis Indonesia belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan prestasi setelah menurun dalam beberapa tahun terakhir. Tanpa gelar di turnamen di kandang sendiri adalah sebuah bukti lain.

Di Indonesia Open Super Series yang berakhir hari Minggu (21/6/2009) ini, hanya satu wakil "Merah Putih" di babak final, yaitu tunggal putra Taufik Hidayat. Namun ia gagal mengatasi unggulan teratas Lee Chong Wei (Malaysia) dan kalah 9-21 14-21.

Ini adalah kali kedua Indonesia tidak kebagian gelar juara di nomor apapun sejak Indonesia Terbuka dihajat pada 1982 -- dan mulai diberi level Super Series oleh BWF sejak 2007. Dua tahun lalu juga tidak ada pemain tuan rumah yang naik podium juara di Jakarta.

Catatan minus lain tentang prestasi para atlet tepok bulu Indonesia di level tinggi internasional adalah, dari enam kompetisi bertajuk Super Series yang telah digelar di tahun 2009, hanya satu gelar diraih. Di Malaysia Super Series pasangan Nova Widianto/Liliyana Natsir menjadi pemenang di nomor ganda campuran.

Di ajang dunia beregu campuran, yakni Piala Sudirman 2009 di Guangzhou, Indonesia hanya sampai babak semifinal. Mereka dihentikan Korea Selatan, yang di final kalah dari China.

Di Piala Thomas, setelah memenangi lima edisi berturut-turut (1994, 1996, 1998, 2000, dan 2002), hingga kini belum pernah lagi supremasi tertinggi bulutangkis beregu putra itu disemayamkan di Indonesia.

Di Piala Uber bahkan lebih lama lagi. Terakhir kali piala itu dimenangi Indonesia adalah 23 tahun silam.

Di beberapa turnamen besar lain, Indonesia juga tak lagi dominan, bahkan tertinggal jauh terutama jika dibandingkan dengan China. Di All England, misalnya, kali terakhir ada pemain Indonesia yang juara adalah di tahun 2003 atas nama ganda putra Candra Wijaya/Sigit Budiarto.

Di Olimpiade 2008, tradisi satu medali emas sejak Olimpiade Atlanta 1996 belum bisa ditingkatkan. Dari ajang di Beijing, China, tersebut, satu-satunya medali emas yang disumbangkan cabang badminton dibukukan ganda putra Markis Kido/Hendra Setiawan.

Sebagai bumbu pelengkap kekecewaan, pihak PBSI pun menolak mengambil tanggung jawab atas rangkaian kegagalan yang didapat tim Indonesia ini. Zzz…

Saya agak kurang “sreg” mendengar komentar yang dilontarkan Ketua Umum PBSI Djoko Santoso yang menolak mencari kambing hitam dan memilih sikap mengambil hikmahnya saja. Nih dia kutipan komentarnya "Saya berharap kita bisa mengambil hikmah dari kekalahan yang diderita. Jangan selalu mencari kambing hitam," ungkap Djoko kepada wartawan di Istora Senayan, Jakarta.

Ya wong kalah yah kalah. Mau ambil hikmah dari mana, kita selalu kalah terus. Prestasi ibarat kayak matahari yang makin ke barat, alias makin “senja”. Menurut saya, PBSI tetap harus siap menjadi “kambing hitam” publik. Wong namanya bulutangkis kan bernaung di PBSI, masa mau salahkan PSSI, atau yang lain. Jangan Cuma mau enaknya saja donk pak!

Lihat lagi komentar lainnya: Djoko mengaku simpati kepada prestasi para punggawa pelatnas di turnamen kali ini. Namun dikatakannya, lawan-lawan Indonesia sekarang setingkat di atas Sonny Dwi Kuncoro dkk.

Jangankan setingkat bos, bahkan sudah 2-3 tingkat tertinggal. Dulu Negara kita “hanya” kalah dari China. Sekarang, kita sudah kalah dari Korea dan Malaysia, Bahkan melawan Jepang, Singapura, AS, dan Inggris pun sudah harus “ngos-ngosan”. Itu bukti bahwa kemampuan kita bukan maju, malahan mundur. Wong kemampuan tetap saja kita bisa dikejar.

Dan inilah komentar terakhir dari “bos” PBSI ini "Sistem olahraga keseluruhan di Indonesia memang sudah ketinggalan dari negara lain. Makanya kami sekarang sedang mengusahakan pembinaan untuk pebulutangkis muda di Magelang. Mudah-mudahan empat tahun mendatang prestasi kita bakal kelihatan,” pungkasnya.
Mau kayak timnas bareti atau primavera bos? Saya jamin egk akan ada hasilnya! Sekarang saja prestasi para timnas bulutangkis senior sudah jeblok akibat KEMAMPUAN YANG PAYAH (sudah termasuk skill, fisik, dan mental juara). Gimana juniornya? Saya kembali menyarankan PAKAILAH PELATIH ASING. JANGAN GENGSI. Terus tambah dana buat ikut kompetisi di luar negeri. Jangan kirim ORANG-ORANG ITU SAJA (kayak si sony, simon, pasangan ganda “baru belajar”, dll).

Akhir kata, saya kembali mau meramal, tahun ini, tidak akan ada prestasi menyolok yang akan disumbangkan tim Indonesia di ajang bulutangkis, seperti kejuaraan Super Series ataupun turnamen2 lainnya, termasuk turnamen yang diselenggarakan di rumah sendiri, kecuali tidak ada pemain asing yang terlibat.. Bahkan, Tradisi emas Olimpiade pun SAYA JAMIN 99% TIDAK AKAN TERLANJUTKAN LAGI, kalau pengelolaan tim dan kemampuan pemain hanya sebatas ini saja…

Tidak ada komentar: