14 Juni 2009

Final Ganda Putera Singapore Open 2009 " Duel Pemain Mahir dan Pemain Baru Belajar"

Final Ganda Putera Singapore Open 2009 " Duel Pemain Mahir dan Pemain Baru Belajar"

Menarik untuk disimak, GRAFIK TIM INDONESIA MAKIN TURUN sehabis bermain di Piala Sudirman lalu. Tidak mau banyak membahas di Final yang lain (tunggal putra,Sony Dwi K yang hanya mencapai semifinal dan Greysia/Nitya yang mencapai final), saya lebih ingin membahas Final ganda putra Indonesia, yang diwakili pasangan nomor 1 dunia Hendra/Kido. Setelah pertandingan Nova/Natsir, otomatis sisa pasangan ganda inilah yang dapat memberi gelar juara di Singapura. Peluangnya pun jelas, boleh dikata >50% kita bisa menang, apalagi lawannya "hanya" sekelas Inggris saja yang diwakili oleh A.Clark/N.Robertson, yang tidak memiliki tradisi juara yang kuat. Tapi, saat mulai bermain, lihatlah apa yang terjadi (apalagi yang sempat nonton langsung di Global TV minggu, 14 Juni), pertandingan berjalan ibarat duel pemain mahir dan pemain baru belajar. Hasilnya benar-benar mengecewakan. Tak tanggung-tanggung, skornya 12-21, 10,21! Banyak kesalahan-kesalahan yang "hanya" terjadi kepada orang yang baru belajar bermain bulu tangkis, seperti kena net, out, gagal smash, dan gagal server. Pemain Inggris pun terlihat "ketawa-tawa" dengan lawannya ini. Mungkin dalam hati mereka bergumam "lho, padahal saya sempat takut lho lawan indonesia, tapi ini koq kita seperti lawan wakil negara lain ya?" Penonton pun terdiam (mayoritas pendukung adalah Indonesia). CARA BERMAIN YANG TIDAK LAZIM adalah penyebab kekalahan yang tidak sepantasnya didapat. Bahkan sampai komentator Global TV pun mengomentari "Pemain kita ini seperti pemain yang baru belajar bulu tangkis".


Adapun pembelaan-pembelaan dilakukan, seperti mengatakan bahwa pasangan M.Kido/H.Setiawan bermain habis-habisan di partai semifinal melawan denmark dengan 3 set. Tapi menurut saya, itu tidak pantas dijadikan alasan. Mereka2 yang menekuni olahraga bulu tangkis, pasti sudah disiapkan untuk memiliki fisik yang bagus (seperti ulasan saya di topik PIALA SUDIRMAN yang lalu). Bukan hanya sekadar berharap "moga2 kita bisa menang 2 set langsung". Benar-benar bukan ciri seorang Atlit Profesional! Lain halnya kalau alasannya cidera. Tapi ini tidak sama sekali. Apalagi masalah mental yang menurut saya hanya dimiliki bagi pemula saja. Ini pasangan yang sudah malang melintang dunia badminton. Boleh dikata mereka tiap bulan terbang sana-sini buat main di semua even badminton. Maslah mental sudah tidak mungkin lagi timbul. Apalagi ini main di "negara tetangga". zzzz....

Mau dikata apa lagi. Satu-satunya olahraga "tersisa" yang dimiliki Indonesia ini kelihatan semakin habis masanya. Waktu beberapa minggu yang lalu saya berpikir, umur "sisa" dari tim Indonesia paling masih ada 2-3 tahun. Tapi semenjak pertandingan ini, bisa dibilang sudah habis. Satu-satunya even yang bisa menyelamatkan muka Indonesia adalah pada saat bermain di kandang sendiri, pas sehabis even ini (Singapore Open). Jika 1 gelarpun tidak bisa terselamatkan dikandang sendiri, anda pasti tidak akan menyalahkan bahwa tulisan saya ini "terlalu sinis"...

Tidak ada komentar: