02 Juni 2015

Persipura WO di Ajang AFC Cup Karena Ulah MENPORA

Perlu pembaca ketahui, sistem gugur di AFC Cup sejak babak 16 besar hingga Final hanya digelar sekali saja. Beruntung kali ini Persib dan Persipura bisa mendapat kesempatan tuan rumah karena menjuarai grup masing-masing. Lalu kenapa Persib bisa bermain sedangkan Persipura tidak bisa? Itu karena 3 pemain Pahang FC (lawan Persipura) terganjal masalah Visa di bandara Soekarno Hatta pada 23 Mei; sehingga pertandingan yang seyogya nya digelar pada 26 Mei tidak dapat dimulai. Seharusnya bisa ditunda atau di jadwal ulang, namun sial nya pada tanggal 28 Mei, PSSI justru malah dijatuhi sanksi oleh FIFA.

Anggap saja Persipura sial untuk kedua kalinya. Yang pertama tahun 2012 lalu, dimana PSSI terlambat mendaftarkan 2 tim yang akan mewakili Indonesia di ajang AFC Cup; di mana salah satunya adalah Persipura juga. Masyarakat tentu bisa menilai, ini disengaja atau tidak? Namun waktu itu kalau tidak salah waktu itu pemerintah memberikan kompensasi sebesar 1 Milyar agar kedua tim yang dirugikan tutup mulut.

"Negara (klub) lain kami kalahkan, tapi yang mengalahkan kami justru negara kami sendiri" - Ferinando Pahabol

Kali ini, sebaiknya Menpora ( Imam Nahrawi ) juga berpikir mau memberi kompensasi apa? Paling tidak, seluruh gaji dan bonus pemain dibayar penuh (setahun) serta seluruh akomodasi hotel dan penerbangan yang sudah dianggarkan hingga babak final juga digantikan. Ya, meski kompetisi baru berjalan 2 pekan dan dihentikan, serta liga AFC baru mencapai babak 16 besar, tapi kompensasi itu layak diberikan untuk mengganti keteledoran Menpora yang dulu sempat MENJAMIN bahwa timnas Indonesia tetap dapat berlaga di seluruh ajang internasional, termasuk 2 klub yang sementara berlaga di AFC Cup.

"Nominal yang layak untuk mengganti kerugian (inmaterial) itu kira-kira 25 Milyar - Herman T"

Persipura itu satu-satunya tim yang bisa berprestasi di kancah internasional. Namun mereka dipandang sebelah mata karena ada unsur rasisme dari pemerintah sendiri; yang menganggap bahwa mereka sebagai masyarakat kelas II. Coba kalau Persija, pasti lain ceritanya. Karena cuma Persipura, maka beranilah mereka dikorbankan. Kalau sudah begini, lebih baik ikut kompetisi negara lain saja; meski sekali pun itu harus mengganti kewarganegaraan. Maaf bukan bermaksud untuk menghasut, tapi sebagai seorang warga negara, saya juga bisa melihat dan merasakan ada ketidakadilan yang terjadi disini.

Lalu salah siapa? MENPORA apa PSSI? Menurut saya pribadi, Menpora lah yang bersalah dalam hal ini karena ikut mencampuri urusan dalam negeri PSSI. Mereka selalu berlindung dibawah ketiak Presiden Jokowi; lalu menjanjikan bahwa kelak Prestasi sepakbola akan lebih baik? Numpang tanya, apabila anda sudah tidak lagi menjabat Menpora, pasti anda bisa berkelit "Oh, maaf, saya sudah bukan Menpora lagi".

PSSI disanksi FIFA hanya 1 jalan kelak : Prestasi timnas Indonesia makin buruk, ranking FIFA jatuh ke 216 alias paling buncit. Mau naik lagi butuh setidaknya 15 tahun untuk mengembalikan ke posisi semula (165). Selain itu :

1. Indonesia KEHILANGAN HAK sebagai tuan rumah Piala AFF U-19 dan U-16; dan tidak bisa ikut ambil bagian dalam ke dua turnamen tersebut.
2. Indonesia KEHILANGAN HAK sebagai tuan rumah pada Kualifikasi Kejuaraan Futsal AFC 2016;dan tidak bisa ikut ambil bagian dalam turnamen kejuaraan Futsal AFC 2016 yang akan digelar di Uzbekistan tersebut.
3. Timnas Indonesia DICORET dari kualifikasi Piala Dunia 2018 dan Piala Asia 2019.
4. Sepakbola Indonesia tak akan bisa memetik benefit dari program pembangunan AFC dan FIFA mana pun. Ofisial PSSI tidak diizinkan berpartisipasi dalam kursus-kursus kepelatihan, seminar, atau workshop AFC atau FIFA.

Belum termasuk kerugian pemain, pelatih, staf, manajer, scout, dan sebagainya karena tidak ada pekerjaan, tidak ada siaran sepakbola, seluruh perputaran uang di sepak bola terhenti. Lalu, dimana sisi baiknya...Menpora? Apa anda mau bayar seluruh penghasilan/pendapatan mereka dari "bisnis" sepakbola ini? Anda ini sebenarnya PEMALAS, tidak mau kerja keras tangkap tikusnya; malah pilih main bakar lumbungnya.

Inilah Nasib kalau MENPORA dijabat oleh seorang SARJANA AGAMA; tidak cocok dengan bidang yang seharusnya ditekuninya. Alasannya? Apalagi kalau bukan kontrak politik. Nama MENPORA ini adalah bapak Haji Imam Nahrawi S.Ag (dibaca tuh embel-embel HAJI dan SARJANA AGAMA nya!!)

Satu lagi, jika proyek MENPORA ini gagal, siapa nanti yang akan bertanggung jawab? Gagal dalam artian prestasi timnas dalam 5 tahun mendatang tidak bisa lebih baik dari prestasi sekarang; termasuk posisi ranking FIFA. Kita nanti pasti butuh seekor KAMBING yang nanti bisa disalahkan; dan KAMBING ini harus bersedia mengganti kerugian material dan inmaterial akibat kebijakan nya ini. Jika dirupiahkan, mungkin diatas 150 triliun / tahun. Jika si KAMBING bersedia, tidak masalah jika PSSI ikut rencana dari si KAMBING ini karena nanti ada kompensasinya.

Karena apa yang dijalankan dari si KAMBING saat ini, tidak beda seperti seorang wali kota yang baru terpilih. Dia tidak suka dengan struktur kota yang sudah ada saat ini. Jadi dia bermaksud untuk meratakan/membumi hanguskan seluruh isi kota, lalu membangun kembali kota baru sesuai dengan impian/rencananya. Artinya kerja baru dari 0. Butuh banyak biaya dan waktu untuk merealisasikan mimpinya.

Tidak ada komentar: