01 Januari 2014

Perayaan Tahun Baru 2014

Perayaan Tahun Baru di London, diliput secara khusus oleh BBC london
Di Indonesia, sepertinya baru di Kota Palembang pemerintahnya mensponsori FULL acara perayaan pergantian malam tahun baru masyarakatnya dengan pesta kembang api. Padahal acara ini sebagai pesta rakyat, dimana masyarakat tidak perlu mengeluarkan uang untuk sekedar membeli kembang api, apalagi mendapat kecelakaan akibat memasang kembang api itu sendiri. Pemerintah mungkin takut dianggap tidak pro rakyat, dianggap korupsi, bakar-bakar uang, suka pesta pora, dsb. Tapi sebenarnya bisa diakali dengan cara menggandeng pihak SPONSOR.

Lihat di London, sejak tahun 2007 pemerintahnya rutin mensponsori acara pergantian malam tahun baru, dengan diliput stasiun TV terkenal BBC secara rutin setiap tahun. Jadi masyarakat disana tidak ada yang membeli kembang api untuk dipasang pribadi di depan rumahnya atau di jalanan umum; semua terpusat di satu titik, di icon negara Inggris; MENARA LONDON (Big Ben). Di negara-negara lain, seperti China (Beijing, Shanghai, Hongkong), Australia, Singapura, USA, dan hampir semua negara Eropa, perayaan pergantian malam tahun baru pasti disponsori penuh oleh pemerintahnya.



Saya kira kedepannya, ini bisa dimulai dari ibukota negara, Jakarta. Saat ini Jakarta hampir tiap tahun hanya memusatkan kegiatan acara perayaan tahun barunya di seputar bundaran HI. Masyarakat juga bebas membawa "amunisi" masing-masing untuk dipasang bersama. Pemerintah hanya "bertugas" mendirikan panggung-panggung hiburan. Sementara kembang apinya sendiri hanya mengharapkan "partisipasi" dari hotel-hotel atau perusahaan-perusahaan di sekitar bundaran HI saja. Hasilnya jalanan MACET dan KOTOR penuh sisa kembang api yang dibawa warganya. Selain itu, tidak ada "pusat" dari kembang api itu sendiri, karena masing-masing hotel memasang sendiri-sendiri sesuai dengan tema acaranya. Hasilnya juga, orang pada berdesak-desakan dan bingung mau lihat yang mana.

Sama juga dengan daerah saya. Perayaan tahun baru terkesan "masing-masing". Meski pusatnya masih terletak di daerah Boulevard, tempat mall-mall besar berdiri, tapi terkesan "ini punya gue loh, mana punya muw?" Padahal tepat dibelakang mall-mall itu adalah PANTAI. Kenapa kembang apinya tidak dipasang di pinggir pantai dibelakang mall itu saja, agar orang-orang bisa melihat secara "WIDESCREEN", tidak berdesak-desakan akibat terpusat di halaman parkiran mall-mall yang menyediakan pesta tahun baru yang luasnya mungkin hanya 10x10 meter saja sebagai "area peledakan".

Tahun 2010 lalu di daerahku sempat membuat rekor MURI dengan kembang api terlama (1 jam lebih). Tapi hasilnya kembang api yang dipasang MONOTON, dan orang-orang yang menontonnya banjir abu kembang api itu sendiri, karena "area peledakan" nya mungkin hanya 10x5 meter saja. Saya tidak tahu nasib tukang yang menyalakan sumbu, mungkin sudah gosong pada waktu itu hehehe. Itu hanya demi mengejar gengsi semata, tidak dikemas dengan baik. Padahal sekali lagi, dibelakang mall itu adalah garis pantai, disana luas, tapi tidak dimanfaatkan.

EFEK SAMPING

Memang ada upaya untuk mengurangi pemakaian kembang api, karena ada efek negatifnya bagi lingkungan. Tapi itu lebih disebabkan karena hampir disemua titik setiap orang memasang kembang api (tidak terpusat). Akibatnya udara tercemar, dan banyak burung-burung mati akibat menghirup asap beracun dari kembang api itu sendiri. Seperti di Hongkong atau di London sendiri, acara kembang apinya dipusatkan di danau atau di pinggir laut. Tentu tidak mengotori jalanan, tapi tidak menjamin danau/lautnya tercemar akibat sisa-sisa pembakaran kembang api itu sendiri.

Tidak ada komentar: