18 November 2012

Timnas Indonesia "Dikerjai" KPSI

Setelah gagal menjadi wakil Indonesia di Piala AFF, KPSI dengan caranya sendiri mengatakan bahwa Piala AFF bukan agenda dan masuk penilaian untuk mendapat poin ranking FIFA. Untuk apa KPSI sebelumnya getol mewakili Indonesia. Jika tidak mendapatkan nilai dari FIFA apakah kejuaraan Piala AFF tidak memiliki nilai mewakili Indonesia? KPSI, karena keinginannya tidak terpenuhi, maka menganggap Piala AFF tidak penting.

Untuk itu KPSI memengaruhi dan melarang para pemain, baik yang ada di Swiss dan klub-klub LSI untuk tidak ikut membela merah putih, Indonesia. Syamsir Alam dkk tidak diizinkan. Lalu delapan pemain Semen Padang sebagai pemain pilar ditarik dari pusat pelatihan demi persiapan menghadapi uji coba klub melawan Persijap Jepara. Ini kepentingan nasional dikalahkan oleh kepentingan klub. Namun publik mengerti dan paham ini hanya akal-akalan KPSI untuk mengganggu persiapan Timnas asuhan Nil Maizar.

Pengaruh mengecilkan AFF rupanya merasuk di pikiran para pemain. Mereka mengganggap karena Piala AFF tidak dianggap mendapatkan poin ranking FIFA, maka nilainya bukan membela Negara. Pernyataan pertama keluar dari Firman Utina. Namun, jika yang dipilih Timnas KPSI, apakah akan ada polemik seperti itu?
 
KPSI dalam berbicara berbeda dari tindakannya. KPSI menganggap semua orang baik PSSI, pemerintah, AFF, dan masyarakat pecinta sepakbola Indonesia adalah orang totol; dan mereka yang pintar dan cerdas. KPSI juga menganggap semua orang bisa dikelabuhi dengan seribu satu tindakan. Buktinya, KPSI selalu menjelek-jelekkan prestasi Timnas PSSI yang memang buruk, namun ketika para pemain diminta bermain di Timnas justru melarang.

Jika KPSI prihatin dan mau memerbaiki sepakbola Indonesia, kenapa malah para pemain potensial yang berlaga di ISL dan luar negeri diganggu dan tidak diizinkan bermain memnbela Timnas? Kenapa Arthur Irawan diizinkan oleh Espanyol B, klubnya bermain? CS Visse dimiliki oleh pendukung KPSI masalahnya, sehingga Syamsir Alam tidak bisa membela Timnas. Sungguh omongan yang keluar dari mulut berbeda dengan hati nurani, jiwa, dengan tindakan nyata di lapangan.

Tanggapan saya :

Jelas, karena KPSI kalah bersaing dengan PSSI, akhirnya mereka memutuskan untuk menarik semua pemain milik mereka dari pelatnas. Sekarang pertanyaannya, siapa yang menggerakkan seluruh pemain dan official dibawah naungan KPSI (pemilik liga ISL)? Tentu kekuatan yang bekerja di belakang layar ini, punya uang seabrek untuk membayar mereka semua. Inilah akibatnya kalau uang sudah berkuasa, bahkan kesetiaan pemain untuk membela timnas pun bisa ditutup pakai uang.

Kekuatan yang saya maksud, sudah bukan rahasia umum lagi tentunya. Siapa lagi kalau bukan Bakrie Grup dengan berbendera parpol GOLKAR. Ingat, klub CS Vise itu saham mayoritasnya dimiliki oleh anak perusahaan Bakrie Grup ini, jadi punya hak tawar dalam pengambilan keputusan manajemen. Begitu pun dengan seluruh klub-klub ISL, itu yang modalin klub sama gaji pemain, pelatih, official dsb nya adalah keluarga Bakrie. Pantas Nurdin Halid lama berkuasa saat menjadi ketua umum PSSI, wong di cover sama partainya itu!

Tidak ada komentar: