02 Desember 2016

Salut Aksi 'Demo' 2 Desember Berjalan Lancar


Yup, hari ini aksi demo (yang oleh pemerintah diubah menjadi aksi super damai; damai terselubung maksudnya hehe) yang berlangsung di lapangan Monas dan area2 lain (ada sekitar 3-4 titik lain tempat berkumpul massa) di Jakarta berjalan baik.

Presiden Jokowi dan wakil Presiden Jusuf Kalla juga ikut sholat Jumat yang digelar sekitar pukul 12:00 WIB dengan berjalan kaki PP. Ini tentunya sangat berbahaya, karena disemua Negara pun tidak akan pernah membiarkan kepala Negaranya berjalan kaki di jalan raya dengan jarak > 500 meter. Resiko di sniper orang sangat tinggi, apalagi di area terbuka.

Pengawalan dari Polisi, TNI dan Paspampres pun saya rasa tidak akan berguna karena mereka tidak mungkin bisa menghalangi kecepatan peluru. Apalagi area disekitar jalan raya tersebut tidak disterilkan (dikosongkan dengan radius 1 KM²), dalam artian orang bebas bergerak kesana kemari.

Tapi hal ini membuktikan bahwa Presiden kita benar-benar merakyat; bahkan saat berjalan pulang kembali ke Istana Negara seusai sholat, Jokowi sendiri memegang payungnya karena kehujanan. Beda dengan pejabat2 daerah di daerah saya, bahkan 'hanya' sekelas Bupati di kepulauan atau di kabupaten, di siang hari yang terik tetap ada 1 orang asisten khusus yang memegang payung mereka.

Inilah salah satu  perbedaan mana pemimpin yang melayani dan minta dilayani.

Kembali ke aksi demo damai, sebenarnya ada hal terselubung yang ditunggu2 massa yang sudah berkumpul; dimana sang orator2 mereka? Seperti mas Ahmad Dhani, Ratna Sarumpaet, Sri Bintang, Kivlan Zein, bahkan sampai anak Presiden Soekarno, Rachmawati Soekarnoputri. Ternyata mereka semua sudah diamankan dijemput polisi sejak dini hari kemarin sampai pukul 06:00 WIB dan diamankan di markas komando Brimob dengan tuduhan terkait dugaan MAKAR.

Bagai Ular yang kehilangan kepalanya, otomatis gerombolan massa menjadi kebingungan dan mulai membubarkan diri.

Demikian aksi 2 Desember ini berjalan hambar; karena hampir semua stasiun TV rela menyingkirkan program rutin/terjadwal mereka seharian ini, dan menggantinya dengan menyiarkan secara live aksi sholat Jumat ini dengan harapan akan terjadi chaos, seperti yang ditunggu2 juga oleh masyarakat penonton televisi.

Iklan2 di TV itupun rela membayar biaya iklan 2x lipat dari harga normal untuk prime time ini, karena sudah pasti semua mata akan tertuju kepadamu kepada mereka. Saat ini percuma membicarakan topik/hal lain, karena orang sudah tidak mau pusing dengan itu.

Kesimpulannya?

Inilah aksi demo teraneh terunik di dunia. Tidak seperti demo2 kebanyakan yang hasilnya bisa dicapai (Mesir dsb), atau setidaknya akan menimbulkan chaos hebat (Mei 98); ini malah hanya sholat dan pulang.

Sudah tentu yang mendalangi 3x aksi ini RUGI BESAR, karena uang yang digelontorkan untuk 'menghidupi' ratusan ribu massa (makan, minum, campilan, transportasi, dan uang saku) ini bukanlah biaya yang sedikit.

Namun sisi positifnya, nama Indonesia bisa terkenal di dunia karena jago 'menjinakkan' aksi2 demo besar; mulai dari menyiapkan polisi wanita berjilbab sebagai perisai, polisi yang ikut melantunkan Asmaul Husna, dsb. Aksi kekerasan ternyata bisa diredam dengan kelembutan. Ternyata prinsip Yinyang berlaku juga disini.

Sebagai info, saat ini selain Indonesia, ada 3 Negara lain yang kepala pemerintahannya juga ikut 'digoyang' masyarakat agar lengser; yakni di Korea selatan & Malaysia (kasus korupsi) dan USA (Anti Trump). Tidak tahu bagaimana nasib mereka nanti.

Ini juga sekaligus memperbaiki citra Kepolisian dan Militer Indonesia, dimana sejarah mencatat bahwa mereka PERNAH GAGAL dalam melindungi rakyatnya pada peristiwa Mei 1998 di Jakarta; Dimana kerugian (meteril, inmateril dan nyawa) sebagian besar ditanggung oleh etnis Tionghoa di Indonesia.

Namun dari info terbaru, para tersangka makar yang sebelumnya telah diamankan telah dilepas semuanya, dengan alasan tuduhan makar tidak terpenuhi. Para pengacara (dan pengamat pro makar) tersangka makar ini bersikeras bahwa istilah makar berasal dari bahasa Belanda, yakni 'anslaag' yang berarti serangan yang berat.

Oleh karena itu mereka berasumsi jika tidak ada serangan berat (mungkin yang mereka maksud menggunakan senjata pasukan, senjata, dan tank tempur, mirip KUDETA) maka itu bukan makar. Jadi jika 'hanya' menghimpun massa, lalu menduduki MPR dan memaksa (menyandera, atau mungkin telah bekerja sama sebelumnya) mereka untuk melakukan sidang istimewa, dengan tujuan memaksa turun Presiden yang berkuasa dianggap bukan makar.

Cara ini dianggap SAH karena sama seperti kasus Pak Harto, dimana massa (mahasiswa dan masyarakat) menduduki gedung MPR,dan memaksa ketua MPR saat itu, Harmoko, untuk melakukan sidang istimewa dan menjatuhkan (impeachment/pemakzulan) presiden.

Mereka tidak berpikir bahwa jika tindakan ini berjalan sukses, tentu pemerintahan baru (sementara) sudah terbentuk di Indonesia; mereka-mereka ini (tokoh makar) akan menjadi pahlawan revolusi II,dan para penguasa saat ini dianggap tidak sah.


Tidak ada komentar: