22 Juni 2017

Facebook Perketat Aturan Penerbitan Iklan

Bagi Anda2 yang sering mempromosi konten/artikel lewat Facebook ads, pasti sebulan terakhir iklannya sering ditolak, beriklan di Facebook semakin sulit dan susah saja. Hal ini sebagai "jawaban" atas tuntutan pemerintah Indonesia agar pihak Facebook mau berkontribusi memberantas berita2 yang dianggap hoax, bombastis dan menyesatkan. Artikel2 berkonten viral, seperti :

➜ Inilah 10 hal yang luar biasa xxx ...
➜ Mencengangkan! Ternyata xxx ...
➜ Artikel ini akan membuatmu penasaran, ternyata xxx ...
➜ 5 cara ini dapat membuatmu kaya xxx ...
➜ Heboh netizen, saat jupe dimakamkan ternyata xxx ...
➜ Menghebohkan, ternyata ini isi percakapan antara rizieq dan xxx ...
➜ dsb ...

Isinya? Rata-rata semua bagai api yg jauh dari panggangan. Tujuannya agar pembaca mau meng-klik artikelnya, sehingga bisa menaikkan trafik sebuah blog. Trafik naik artinya pendapatan iklan/monetize $ juga naik.

Selain itu, konten/artikel yang mengandung banyak iklan termasuk :

➜ Iklan pop-up (jendela munculan yang menutupi layar, bahkan meski hanya 10% saja)
➜ Iklan interstitial (iklan yang menutupi 100% layar),
➜ Iklan2 header dan sidebar yang terlalu banyak; tidak peduli apakah isi iklannya berhubungan dengan konten (seperti google adsense yang bisa menyesuaikan dgn konten) atau tidak (iklan2 cara cepat kaya, yang umumnya akan terdirect ke situs binary option dan sejenisnya)
➜ Iklan yang terindikasi money game, judi, porno (meski dapat digolongkan sebagai obat2an, namun jika terdapat gambar sensitif juga tidak diperbolehkan).
➜ Iklan download, yang ternyata setelah di klik malah menuju ke tab baru yg memuat iklan penuh, yang bisa jadi memuat malware.
➜ dsb ...

Selain itu, iklan juga akan ditolak jika judulnya terindikasi menyerang pihak tertentu, ujaran kebencian, berisi pesan SARA, dan terlalu banyak berisi tulisan pada foto ilustrasi/thumbnail dengan luas total >15%.

So, iklan2 di facebook benar2 akan diseleksi dengan ketat. Tidak jarang iklan2 pop-up di situs2 berita terkenal nasional, seperti detik.com, kompas.com, tribunnews.com, liputan6.com, bola.com, dsb juga terkena razia. Saya pernah mengetesnya sendiri, dengan mem-boost 1 artikel sample/acak dari mereka, dan memang tidak bisa tayang, karena terdapat iklan pop-up smartphone terkenal, atau iklan popup lainnya.

Sialnya, iklan2 yang "sudah ditandai", alias sudah pernah di request boost (fb ads) dan ditolak, meski di posting kembali tanpa boost/fb ads, jumlah sebaran/reach nya akan berkurang drastis. Istilahnya dalam instagram disebut shadowban; atau dalam istilah google disebut masuk sandbox.

Artinya konten/artikel tersebut tidak akan disebarkan secara luas kepada para likers, tidak di indeks, dan hanya Anda, atau orang2 yang masuk secara manual ke page yang dapat melihat postingan tersebut. Meski anda mengubah gambar thumbnail, mengubah judul, dan sepotong kalimat paragraf pengantar, tetap sudah di deteksi oleh sistem mereka, dan jangan harap bisa lolos meski anda berani memberikan penawaran tinggi.

Cara satu2nya adalah mengubah struktur link/permalink, yang artinya akan memberangus rekam jejak artikel anda yang sudah/sempat di indeks google. Sama saja dengan posting baru, hanya isinya/konten sama. Kalau artikel baru sih gpp, namun kalau artikel tua, yang sudah mendapat posisi cukup bagus di SERP, tentu anda akan berpikir 15x bukan?


So, jalan tengahnya adalah :

➜ Jangan pernah post artikel yang menurut Anda tergolong sebagai artikel bombastis seperti contoh diatas. Facebook saat ini lebih menyukai artikel dengan judul jadul skripsi, misalnya :

Perbandingan Kinerja Antar Bank A, B dan C dengan Analisis CAMEL

daripada artikel dengan judul bombastis konten viral :

Inilah 5 Hal Yang Menyebabkan Bank C Mengungguli Kinerja Bank A dan B, Yang Nomor 5 nya Mencengangkan! Ternyata....

Padahal, judul ke 2 jelas lebih bisa menarik minat pembaca lebih banyak, asalkan isinya benar2 saling berhubungan/berkolerasi. Jangan isinya dibahas A tapi di konten berisi jawaban B. Hal ini tampaknya memang hanya berlaku di Indon saja yang admin2 penulisnya berorientasi ke hasil $, karena di negara2 lain tampaknya masih ada etika penulisan.

Contoh nyata yang dapat anda lihat terdapat pada akun Facebook mak l4mb3 tur4h, dimana kalau anda jeli, page tersebut utamanya hanya merujuk pada 3-4 situs blog, yang mungkin semuanya 1 grup. Judul artikelnya semua menggunakan model konten viral, bombastis.

Hal ini bisa dimengerti karena mereka termasuk blog news/berita, yang dalam 1-2 hari artikelnya akan segera tenggelam dari hasil pencarian, serta setiap harinya perlu memposting banyak artikel2 baru. Jadi tumpuan pembacanya jelas lewat trafik media sosial.

➜ Jangan pernah menaruh iklan berjenis pop-up dan interstitial, karena saat ini sedang dilarang. So, jika anda masih mau mencari makan trafik dari media sosial facebook, harap mematuhi rambu2 terbarunya.

Tidak ada komentar: